Nasional

Stigma Negatif soal Covid-19 Masih Tinggi

INDOPOSCO.ID – Stigma sosial terkait Covid-19, utamanya di pelosok daerah di Indonesia masih tinggi, demikian koordinator bidang literasi dan edukasi Forum Solidaritas Kemanusiaan (ForumSK) Dinny Jusuf.

“Ada beberapa wilayah di Nusantara yang masuk ke dalam salah satu wilayah zona merah Covid-19. Tetapi sayangnya tingkat pemahaman untuk patuh protokol kesehatan masih rendah. Juga stigma masih terjadi di masyarakat,” tutur Dinny dalam keterangannya pada Jumat (13/8/2021).

Dinilai Dinny, selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk area Jawa dan Bali kembali diperpanjang sampai 16 Agustus 2021, kondisi di daerah masih belum membaik, utamanya dari segi fasilitas kesehatan.

“Protokol kesehatan hampir juga tidak ada. Mereka masih abai protokol kesehatan. Orang kena Covid-19 dapat stigma, kalau isoman juga,” tutur ia.

Begitu pula dengan pendatang masih kerap dianggap pembawa penyakit. “Saya saja sempat kembali ke Toraja, disemprot air disinfektan,” tutur ia.

Masyarakat di daerah juga dinilai masih banyak yang menolah disuntik vaksin Covid-19.

“Mereka percaya tentang hoaks. Tidak hanya itu, akses untuk dapat vaksin masih sangat terbatas. Tidak seperti di Pulau Jawa.”

Bersama FSK, Dinny sangat ingin mengedukasi warga mengenai pentingnya patuh protokol kesehatan serta vaksinasi Covid-19.

Dia mencari cara yang pas serta menyenangkan supaya pesan ini sampai ke warga. Terutama di wilayah pelosok, seperti Tana Toraja.

“Kita inginnya jangka panjang serta pendek melakukan sosialisasi dan edukasi dengan pendekatan kearifan lokal. Bisa menggandeng tokoh masyarakat untuk jadi role model ataupun teladan.”

Melihat kenyataan itu, Koordinator Nasional FSK Sudirman Said menilai kebijakan PPKM dan langkah pencegahan COVID- 19 yang sudah diterapkan pemerintah seharusnya dipatuhi oleh masyarakat di mana saja. Kaitannya dengan patuh protokol kesehatan serta ikut vaksinasi.

“Vaksinasi akan membutuhkan waktu, karena menyangkut ketersediaan pasokan, manajemen logistik, serta juga beban tenaga kesehatan,” tutur dia.

Sambil diimbangi dengan pelaksanaan aturan kesehatan ketat, edukasi serta literasi akan sangat menentukan sukses kita mengendalikan pandemi.

Setelah itu soal stigma di masyarakat, Sudirman menjelaskan hal ini menjadi tantangan bersama. Seharusnya antar warga harus menjaga keharmonisan, supaya tidak terjadi saling curiga.

“Peran para pemimpin masyarakat akan sangat penting menjaga saling percaya antar warga. Apalagi semangat saling bantu yang harus digelorakan,” tutur ia. (mg2)

Back to top button