Benahi Citarum, Jabar Gandeng Monash University

INDOPOSCO.ID – Monash University menandatangani letter of intent (LoI) solusi baru pemulihan Sungai Citarum melibatkan ahli serta lembaga pemerintah.
Dalam kerja sama ini akan ada upaya pertukaran ilmu serta data untuk mencari solusi melalui inovasi teknologi serta sosial dalam revitalisasi Sungai Citarum serta komunitas sekitarnya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Kamis di Bandung mengatakan kerja sama dengan Monash University sangat penting dan berarti dalam mempercepat pengendalian pencemaran serta kerusakan di DAS Citarum.
Hal ini juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah No 15 tahun 2018 mengenai Percepatan Pengendalian Pencemaran serta Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. DAS Citarum memiliki peran penting serta manfaat besar untuk masyarakat Jawa Barat.
Menurut dia kerja sama ini juga merupakan bukti sinergi pentaheliks (akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, media) yang dilakukan dengan berbagai kampus termasuk Monash University.
Selain Monash University, juga terlibat dalam kerja sama Universitas Indonesia. Ridwan Kamil berharap kerja sama ini juga bisa berkembang untuk lebih luas lagi.
Sebelum pandemi, Ridwan Kamil sempat berkunjung ke Monash University di Melbourne Australia membahas konsep co-design serta menguji pendekatan-pendekatan sosial, teknologi, dan ekonomi yang terkini di sebuah desa dekat Citarum.
“Jawa Barat provinsi terbesar di Indonesia. Kami memiliki 50 juta penduduk. dan kami punya sungai terpanjang dengan 270 km,” tutur Ridwan Kamil dalam acara penandatanganan LoI dengan Monash University dari Gedung Pakuan, Kota Bandung.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Prima Mayaningtyas mengatakan dinasnya akan menjadi mitra pelaksana utama selama 12 bulan dari sekarang dalam kerja sama kemitraan ini.
“Ke depannya, kami mendorong lebih banyak lagi pemerintah kota, swasta, serta masyarakat setempat untuk ambil bagian dalam revitalisasi sungai Citarum. Harapan kita, kerja sama ini bisa jadi panutan untuk program revitalisasi sungai lainnya di Indonesia,” tuturnya.
Sedangkan itu, Deputy Vice-Chancellor serta Vice-President (Global Engagement) Monash University Abid Khan menyampaikan rasa antusias- nya terhadap program ini.
Menurutnya, kerja sama ini diharapkan bisa menghadirkan perubahan nyata untuk jutaan orang yang hidupnya bergantung pada air sungai yang telah tercemar.
“Pandemi Covid-19 menjadi bukti bahwa akses air bersih dan kondisi lingkungan sekitar sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Direktur Informal Cities Lab, Fakultas Desain Seni dan Arsitektur Monash University Diego Ramirez-Lovering menjelaskan mereka ingin menggunakan desain perkotaan sebagai program integratif untuk penanaman solusi berkelanjutan di Citarum.
Sehingga perkembangan aspek urban yang sejalan dengan modernisasi dinamika kesehatan planet secara kompleks dapat tetap terjaga.
“Pendekatan menyeluruh yang mengutamakan kualitas area serta kesehatan ekologis untuk kesehatan serta kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang penting. Terutama untuk mereka yang paling rentan kepada perubahan iklim serta degradasi lingkungan,” tuturnya.
Ketua Tim Sosial Klaster Air Universitas Indonesia Reni Suwarso menjelaskan penanganan kesehatan sungai membutuhkan komitmen lintas sektor untuk mencapai manfaat yang maksimal.
“Kemampuan untuk mengakses dan mendapatkan manfaat dari air yang aman serta andal memiliki kontribusi signifikan untuk kesehatan serta kesejahteraan manusia, ekonomi, dan lingkungan,” tutur Reni.
Sejak 2018, para peneliti di 6 fakultas Monash University sudah bermitra dengan perguruan tinggi dunia dan Indonesia, serta institut- institut global lainnya untuk beberapa program penelitian yang berpusat pada Citarum (Monash Sustainable Development Institute; Art, Design and Architecture; Arts; Business and Economics; Engineering and Science). (mg2)