Macron Bentuk Koalisi Pelatih Militer untuk Persiapkan Tentara Ukraina Lawan Rusia

INDOPOSCO.ID – Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak hanya berbicara tentang kemungkinan pengerahan pasukan NATO di Ukraina, tetapi juga mengambil langkah-langkah untuk membentuk koalisi pelatih militer yang akan bekerja di bekas republik Soviet tersebut untuk mempersiapkan tentara Kyiv melawan pasukan Rusia.
“Kami ingin berkoalisi karena alasan efisiensi, dan beberapa mitra kami telah memberikan persetujuannya,” kata Macron kepada wartawan di Paris, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (7/6/2024).
“Kami akan menggunakan hari-hari mendatang untuk menyelesaikan kemungkinan koalisi terbesar yang mampu menanggapi permintaan Ukraina,” ungkap Macron.
Macron tidak mengidentifikasi negara mana pun, selain Prancis, yang berkomitmen mengirim pelatih ke Ukraina. Dia berpendapat bahwa pengiriman spesialis untuk melakukan pekerjaan pelatihan di Ukraina seharusnya tidak memancing tanggapan Rusia.
“Kami tidak berperang dengan Rusia,” kata Macron.
“Kami tidak menginginkan eskalasi, tapi kami ingin melakukan segala daya kami untuk membantu Ukraina melawan. Apakah akan terjadi eskalasi jika Ukraina meminta kami untuk melatih tentara yang dimobilisasi di wilayahnya? Tidak, itu tidak berarti mengerahkan orang, tentara Eropa atau sekutu di garis depan,” ujarnya.
Macron menyampaikan komentarnya setelah menjadi tuan rumah kunjungan Vladimir Zelensky dari Ukraina.
Dia mengumumkan pada hari Kamis bahwa Perancis akan mengirim jet tempur Mirage 2000 ke Kyiv dan melatih pilot Ukraina. Dilaporkan akan memakan waktu hingga sekitar akhir tahun ini untuk memiliki pilot yang siap menerbangkan pesawat tempur tersebut.
Pasukan Perancis telah melatih sekitar 10.000 tentara Ukraina di Perancis dan negara-negara NATO lainnya. Lituania dan Estonia juga secara terbuka menyatakan bahwa mereka bersedia mengerahkan instruktur di Ukraina. Faktanya, Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas bulan lalu mengatakan bahwa pelatih NATO sudah beroperasi di negara yang dilanda pertempuran tersebut.
Para pejabat Rusia telah berulang kali memperingatkan bahwa personel militer asing mana pun di Ukraina akan dianggap sebagai target serangan yang sah, terlepas dari tugas dan lokasi mereka. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan “retorika agresif” dan pernyataan provokatif Macron telah meningkatkan krisis Ukraina.
Macron mulai membuat komentar publik tentang kemungkinan pengerahan pasukan ke Ukraina pada bulan Februari, yang memicu penolakan dari beberapa sekutu NATO dan peringatan Kremlin bahwa langkah seperti itu pasti akan mengarah pada konflik langsung dengan Rusia.
Presiden AS Joe Biden dilaporkan menolak usulan Macron untuk mengirim instruktur ke Kyiv, dengan alasan kekhawatiran bahwa pasukan tersebut dapat berada di garis tembak dan memicu eskalasi. (dam)