Pendekatan Humanis dan Holistis, Upaya Efektif Kembalikan Napiter pada Nilai-Nilai Pancasila

INDOPOSCO.ID – Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo, menyatakan bahwa radikalisme dan terorisme bukan semata-mata tentang agama karena sesungguhnya semua agama menentang kekerasan.
Namun agama dan kepercayaan dibajak oleh sebagian orang untuk kepentingan politik radikalisme dan terorisme menggunakan terminologi agama untuk kepentingan pribadi dan golongan demi merebut kekuasaan.
Hal itu disampaikan Benny pada Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2024, dengan tema: “Mencintai NKRI dari Balik Jeruji: Efektivitas Deradikalisasi Napiter di Indonesia,” di Jakarta Selatan, Selasa (28/5/2024).
Lebih Lanjut Benny menyampaikan tentang upaya yang telah dilakukan BPIP bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen Pas) Kemenkumham, dan Komisi III DPR RI kepada para narapidana teroris dengan kembali memperkenalkan ideologi dan nilai-nilai Pancasila melalui pendekatan-pendekatan humanis, holistis dan tidak dogmatik.
“Para narapidana teroris perlu diingatkan kembali bagaimana sesungguhnya ideologi Pancasila merupakan ideologi yang praktis dan nyata dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia dibandingkan dengan paham-paham utopis yang berujung pada perpecahan dan kehancuran,” tandas pria yang akrab disapa Romo Benny ini.
Lebih lanjut doktor komunikasi politik ini menyatakan bahwa masyarakat internasional harus belajar dari Indonesia. Sebagai contoh pendekatan Amerika dengan kekerasan dan ketakutan terbukti tidak mampu menanggulangi radikalisme. Hal tersebut malah menimbulkan resistensi.
Oleh karena itu, menurut Benny, pendekatan Pancasila dan edukasi sangatlah penting dalam melawan terorisme.
“Kita tidak dapat lagi menggunakan metode-metode represif dan dogmatik dalam upaya deradikalisasi dan penanaman nilai-nilai Pancasila. Kita juga perlu menggandeng para influencer untuk memenuhi ruang-ruang publik dengan konten-konten pemersatu bangsa dan memperkuat kecintaan masyarakat pada tanah air dan Pancasila dengan menanamkan bahwa cinta tanah air dan ber-Pancasila itu keren dan mereka yang keren adalah mereka yang ber-Pancasila dan senantiasa menanamkan nilai-nilai persaudaraan,” ujarnya.
Benny menutup pemaparannya dengan menyatakan bahwa dalam upaya deradikalisasi kepada para narapidana terorisme, kita harus fokus pada edukasi serta pendekatan yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila.
“Pendekatan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh agama dan influencer, sangat penting untuk membangun masyarakat yang bebas dari radikalisme dan terorisme serta ketahanan ideologi bangsa. Dengan upaya bersama dan komitmen yang kuat, kita niscaya dapat menjaga keamanan dan kedamaian di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ungkapnya.
Benny berharap, upaya-upaya yang direkomendasikan dapat diimplementasikan secara efektif untuk memperkuat upaya deradikalisasi dan mengembalikan nilai-nilai Pancasila yang lebih humanis hingga cita-cita untuk membangun masyarakat yang lebih aman dan damai di Indonesia dapat terlaksana. (dam)