Viral soal Childfree, BKKBN Ingatkan Dampak Rasio Ketergantungan

INDOPOSCO.ID – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyoroti, isu viral di media sosial tentang childfree marriage atau menikah tanpa memiliki anak. Fenomena itu bakal berdampak terhadap banyak hal.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo memandang, isu childfree marriage merupakan hal dapat mendorong publik lebih mengenal hak-hak reproduksi. Juga mengenal tanggung jawab suatu pasangan dalam satu keluarga.
“Di sinilah pentingnya setiap pasangan calon pengantin sebaiknya melakukan perencanaan pernikahan, agar memiliki visi dan misi pernikahan yang sama,” kata Hasto Wardoyo dalam keterangannya, Selasa (7/9/2021).
Ia menekankan, melalui perencanaan pernikahan yang kuat, termasuk mengikuti kursus pranikah, calon pasangan dapat mengetahui konsep ideal pernikahan.
Mulai usia pernikahan ideal, kesiapan finansial, fisik, mental dan emosi, hubungan antarpribadi (interpersonal), keterampilan hidup (life skill), sampai dengan kesiapan intelektual.
“Berbagai bekal dalam perencanaan pernikahan, melalui kursus pranikah itu dapat menjadi modal pengambilan keputusan untuk memiliki anak atau tidak. Serta hal-hal lain saat menjalani kehidupan berkeluarga,” tuturnya.
Hasto mengingatkan, dampak childfree akan berpengaruh pada struktur penduduk di suatu negara. Kondisi tersebut akan berdampak pada rasio ketergantungan atau rasio beban tanggungan (dependency ratio).
Rasio ketergantungan ialah angka yang menyatakan perbandingan, antara banyaknya penduduk usia non produktif (penduduk di bawah 15 tahun dan penduduk di atas 65 tahun), dengan banyaknya penduduk usia produktif (penduduk usia 15 -64 tahun).
Semakin tinggi dependency ratio menggambarkan semakin berat beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif, karena mengeluarkan sebagian pendapatannya memenuhi kebutuhan penduduk usia non produktif, dan sebaliknya.
“Keadaan ini, dapat menjadi indikator maju atau tidaknya ekonomi suatu negara. Tingginya rasio ketergantungan dapat menjadi faktor penghambat pembangunan di negara berkembang termasuk di Indonesia,” papar Hasto.(dan)