Benarkah Pasien Stroke Harus Minum Obat Seumur Hidup dan Jalani Rehabilitasi?

INDOPOSCO.ID – Stroke seringkali menimbulkan kekhawatiran besar, bukan hanya karena dampak kelumpuhan yang bisa ditinggalkan, tetapi juga soal kemungkinan harus minum obat seumur hidup.
Kekhawatiran ini wajar, mengingat stroke termasuk salah satu penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di Indonesia.
Namun, menurut Dokter Spesialis Saraf RS Medistra, dr. Ika Yulieta Sihombing, Sp.N, tidak semua pasien harus menjalani pengobatan jangka panjang setelah serangan.
“Kalau penanganan fase akutnya sudah bagus, tentunya tidak perlu obat jangka panjang atau penanganan jangka panjang. Yang kita harapkan semua begitu,” kata dr. Ika saat ditemui INDOPOSCO, Rabu (24/9/2025).
Namun, ia menjelaskan bahwa pengobatan jangka panjang biasanya lebih ditujukan untuk pencegahan stroke berulang, bukan lagi sebagai terapi utama. “Pencegahan stroke berulang juga penting untuk diketahui pasien dan keluarganya,” jelasnya.
Selain obat, pertanyaan lain yang sering muncul adalah tentang perlunya terapi atau latihan pemulihan. Menurut dr. Ika, hal ini sangat bergantung pada kondisi pasien.
“Untuk pelatihan dan sebagainya itu tergantung seberapa derajat kelumpuhan pasien. Itu akan ditentukan oleh dokter rehabilitasi medis bersama fisioterapis,” ujarnya.
Menariknya, lanjut dr. Ika, dengan kemajuan penanganan stroke akut, seperti trombolisis atau trombektomi, sebagian besar pasien bisa pulang dengan kondisi jauh lebih baik.
Trombolisis sendiri merupakan tindakan medis dengan cara menyuntikkan obat khusus untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah otak. Prosedur ini harus dilakukan dalam waktu cepat, idealnya kurang dari 4,5 jam sejak gejala stroke pertama kali muncul.
Sementara itu, trombektomi adalah prosedur dengan alat khusus yang dimasukkan melalui kateter, biasanya lewat pangkal paha, untuk mengambil langsung bekuan darah besar di otak. Metode ini efektif pada stroke dengan sumbatan besar, dan bisa dilakukan hingga 6–24 jam setelah serangan, tergantung kondisi pasien.
Kedua metode tersebut terbukti mampu memperbesar peluang pasien untuk pulih lebih cepat dan meminimalkan risiko kecacatan. “Rata-rata pasien sudah bisa jalan pulang. Jadi tidak perlu rehabilitasi lagi bagi sebagian besar pasien, hanya sebagian kecil saja yang masih membutuhkan (rehabilitasi),” tambahnya.
Stroke memang menakutkan, namun kabar baiknya: dengan penanganan dini yang optimal dan gaya hidup sehat untuk pencegahan, peluang pasien untuk kembali produktif sangat besar. (her)