Gaya Hidup

Amazing, Hanya Butuh Rp200 Ribu untuk Penguatan Alat Deteksi Kebocoran Gas Gunakan Smartphone

INDOPOSCO.ID – Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB. Anak-anak kelas ekstrakurikuler (eskul) robotika terlihat merakit aneka robot dengan teliti. Ada mobil robot juga alat deteksi kebocoran gas yang terkoneksi dengan smartphone teknologi WiFi.

“Ini ada yang lepas. Fungsinya sebagai alat deteksi kebocoran gas,” kata salah satu siswa.

“Iya, alat ini akan terkoneksi ke manderbot yang kemudian akan memberitahu ada indikasi kebocoran melalui smartphone,” sahut temennya.

Alat pendeteksi kebocoran gas, Mungken sudah tidak asing di telinga kita. Alat ini banyak dijual di aplikasi jual beli secara online.

“Memang sudah ada, tapi yang membedakannya dengan alat ini yakni sudah terkoneksi dengan smartphone dengan WiFi,” kata Rahi Rahmani, perakit alat deteksi kebocoran gas ditemui indoposco.id, Kamis (28/8/2025).

Siswa kelas 12 Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bogor ini mengatakan, ide untuk merakit alat deteksi kebocoran gas karena alat deteksi gas yang ada belum terkoneksi dengan smartphone.

Dia bersama Aufa Alif Al’Aris pun mencoba merakit alat tersebut dengan bahan-bahan bekas layak pakai. “Untuk membuat miniatur rumah kami gunakan sisa bangunan. Sementara untuk aplikasinya, kami beli secara online,” katanya.

Ia mengaku, untuk menyelesaikan alat yang sudah diikutkan pada lomba di tingkat Kota Bogor ini cukup membutuhkan waktu 4 Minggu. “Waktu yang menyita itu saat trial (uji coba, red),” bebernya.

Sementara untuk biaya perakitan alat deteksi kebocoran gas hingga rampung, menurut dia, hanya perlu Rp200 ribu hingga Rp300 ribu.

“Alat ini terdiri dari 2 seksi. Yakni saat mendeteksi kebocoran gas, jika melebihi ambang batas aman akan keluar peringatan dari manderbot. Seksi kedua manderbot akan memberikan informasi berupa notification di Handphone dengan WiFi,” terangnya.

“Dan dari HP dimana saja kita bisa mengaktikan kipas pembuang yang sudah terpasang di dinding, tujuannya untuk mencegah terjadinya kebakaran dari kebocoran gas itu,” sambungnya.

Rahi berharap inovasi teknologi miliknya bisa diaplikasikan secara nyata. Kendati saat ini, ia mengakuinya masih terkendala pembiayaan. “Sekarang karena kita masih sekolah, jadi ada keterbatasan biaya. Jadi inovasi ini baru dalam bentuk miniatur,” ucapnya.

Menanggapi Wakil Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bogor Anwar Sanusi mengatakan, pihak terus mendukung infrastruktur untuk mata pelajaran (Mapel) KKA (Koding dan Kecerdasan Artifisial). “Kami membangun infrastruktur seperti ruang kedap suara dan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) guru yang menguasai teknologi,” katanya.

Ia mengaku, perkembangan mapel KKA belum diterima baik orangtua. Salah satunya karena faktor pendanaan. “Jadi banyak orangtua belum mengerti pentingnya kelas KKA. Mereka hanya menganggap penting mapel yang mendukung SNBP (Seleksi Nasional Berbasis Prestasi),” ujarnya. (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button