Gaya Hidup

Waspada, Mual Bisa Jadi Tanda Awal Gagal Ginjal

INDOPOSCO.ID – Banyak orang terbiasa menganggap mual, perut begah, atau rasa tidak nyaman di lambung sebagai tanda maag. Minum obat antasida, lalu beraktivitas kembali seolah semuanya baik-baik saja. Padahal, gejala sederhana itu bisa menyimpan bahaya besar.

Mual bukan selalu berasal dari lambung, kadang itu adalah “alarm halus” yang dikirim tubuh ketika ginjal mulai kehilangan fungsinya. Sayangnya, karena sering disalahartikan, banyak pasien baru menyadari ada masalah setelah kondisi ginjal sudah cukup parah.

Menurut Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU(K), spesialis urologi dari Siloam Hospitals ASRI, gejala sederhana seperti itu bisa menjadi tanda awal adanya gangguan pada ginjal.

“Ketika ginjal tidak lagi bekerja optimal, zat sisa bernama ureum yang seharusnya dibuang lewat urine akan menumpuk di dalam tubuh. Penumpukan inilah yang bisa memicu rasa mual atau bahkan muntah,” jelas Prof. Rasyid saat ditemui di Jakarta, Minggu (24/8/2025).

Ia menekankan bahwa gagal ginjal tidak terjadi secara mendadak. Fungsi ginjal akan menurun perlahan, sehingga gejala biasanya muncul saat kadar ureum sudah cukup tinggi. Inilah yang membuat banyak pasien keliru dan menganggapnya sekadar sakit maag.

“Biasanya mereka minum obat maag dulu. Baru ketika obat tidak mempan, mereka ke dokter. Saat itu kondisi ginjalnya sudah dalam keadaan buruk,” tambahnya.

Lebih mengkhawatirkan lagi, kasus gagal ginjal kini tidak hanya menyerang orang tua. Anak muda pun semakin banyak yang terkena, terutama akibat pola hidup yang tidak sehat. Gula berlebih, kurang olahraga, tidur tidak teratur, serta konsumsi alkohol menjadi faktor risiko yang nyata.

“Kalau ingin ginjal tetap sehat, kuncinya sederhana, (yakni) jalani hidup sehat. Kurangi makanan dan minuman manis supaya tidak terkena diabetes, atur pola tidur, rajin berolahraga agar terhindar dari hipertensi, jauhi alkohol, dan jangan lupa minum air putih yang cukup,” pesannya tegas.

Sebagai langkah pencegahan, ia juga merekomendasikan pemeriksaan kesehatan rutin minimal sekali dalam setahun. Dengan begitu, masalah bisa terdeteksi sejak dini sebelum berkembang menjadi kondisi serius. (her)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button