Hanung Bramantyo Soroti Film ‘Merah Putih: One for All’, Kritik Budget dan Kualitas

INDOPOSCO.ID – Sutradara Hanung Bramantyo ikut menanggapi polemik film animasi Merah Putih: One for All yang dijadwalkan tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025, kurang dari sepekan jelang perayaan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia (RI).
Trailer film ini telah diunggah di kanal YouTube Perfiki TV, CGV Kreasi, dan Historika Film. Dalam deskripsi video di channel CGV Kreasi, Merah Putih: One for All bahkan disebut sebagai film animasi pertama bertema kebangsaan di Indonesia.
Namun, alih-alih menuai pujian, trailer berdurasi dua menit tersebut justru mendapat kritik pedas dari warganet. Banyak yang menilai kualitas animasinya buruk, karakter tampak kaku, dan pengerjaannya terlihat terburu-buru.
Polemik ini semakin ramai setelah produser film, Toto Soegriwo, mengungkap bahwa biaya produksi mencapai Rp6,7 miliar dengan waktu pengerjaan kurang dari dua bulan.
Hanung Bramantyo pun menilai wajar jika hasilnya menuai komentar negatif, mengingat dana dan waktu yang terbatas.
“Budget 7M untuk Film Animasi, potong pajak 13% kisaran 6M, sekalipun tidak dikorupsi, hasilnya tetap JELEK!!!” tulis Hanung dalam unggahan di akun Threads pribadinya seperti dikutip, Senin (11/8/2025).
Hanung menjelaskan, untuk menghasilkan animasi yang baik, dibutuhkan dana minimal Rp30-Rp40 miliar, di luar biaya promosi, dan proses produksi selama 4-5 tahun.
“FYI, Budget pembuatan Film Animasi minimal di 30-40M di luar promosi. Dan dikerjakan dalam jangka waktu 4-5 tahun. Budget 6M hanya sampai tingkat Previs (kumpulan storyboard berwarna yang digerakkan sebagai panduan animator),” jelasnya.
Hanung mengibaratkan kondisi ini seperti rumah yang belum selesai dibangun.
“Kalo itu yang ditayangkan, sudah pasti penonton akan resisten. Ibarat membangun rumah, belom dipelur semen dan lantainya masih cor2an kasar,” tambah suami Zaskia Adya Mecca itu.
Film ini sendiri disutradarai dan ditulis oleh Endiarto dan Bintang, serta diproduseri oleh Toto Soegriwo. Ceritanya berlatar di sebuah desa yang tenang, mengisahkan sekelompok anak terpilih yang membentuk “Tim Merah Putih”. Mereka mendapat misi menjaga bendera pusaka yang akan dikibarkan pada upacara 17 Agustus, sebuah tugas sarat simbol kebanggaan dan tanggung jawab. (her)