Gaya Hidup

Paus Fransiskus Wafat, Habib Jafar: Beliau Pejuang Kemanusiaan dan Teladan Kesederhanaan

INDOPOSCO.ID – Dunia berduka. Tak hanya Vatikan atau umat Katolik, tapi juga hati dari berbagai penjuru iman merunduk dalam keheningan.

Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik dan simbol suara nurani dunia, telah berpulang pada Senin (21/4/2025).

Kepergiannya tak hanya meninggalkan ruang kosong di Tahta Suci Vatikan, tetapi juga lubang sunyi dalam hati mereka yang selama ini melihatnya sebagai cahaya harapan dalam gelapnya krisis kemanusiaan.

Salah satu yang turut menyampaikan duka mendalam adalah tokoh agama Islam yang dikenal moderat dan penuh welas asih, Habib Jafar.

“Selamat Jalan, Pejuang Kemanusiaan dan Teladan Kesederhanaan: Paus Fransiskus. Turut berduka,” tulis Habib Jafar dikutip dari unggahan di akun Instagramnya, Selasa (22/4/2025).

Bagi Habib Jafar, Paus Fransiskus bukan semata sosok pemimpin agama. Ia adalah simbol kesederhanaan yang hidup, suara bagi yang terpinggirkan, dan jembatan yang menghubungkan umat manusia lintas iman.

Sepanjang masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal lantang berbicara demi perdamaian. Bahkan hanya beberapa pekan sebelum wafatnya, di tengah misa Paskah di Vatikan, ia menyerukan harapan besar untuk tanah yang terus berdarah — Gaza, Palestina.

“Saya menyatakan rasa simpati saya terhadap penderitaan seluruh rakyat Israel dan Palestina. Saya mengimbau pihak-pihak yang bertikai untuk menyerukan gencatan senjata, membebaskan para sandera dan membantu orang-orang yang kelaparan, yang mendambakan masa depan yang damai,” kata Paus Fransiskus seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (21/4/2025).

Pada September 2024, dunia menyaksikan salah satu perjalanan apostolik paling bersejarah. Dalam usia senja, Paus Fransiskus melangkahkan kaki ke Asia-Pasifik dengan mengunjungi Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Singapura.

Kunjungan ke Indonesia menjadi sorotan dunia. Di negeri dengan umat Muslim terbesar ini, Paus disambut dengan tangan terbuka dan penuh cinta. Ia mengunjungi Masjid Istiqlal, simbol kerukunan yang berdiri bersebelahan dengan Gereja Katedral Jakarta — dua rumah ibadah yang dihubungkan oleh “terowongan silaturahmi”, simbol nyata dari persaudaraan antariman yang sejati.

Dalam pertemuan-pertemuan itu, Paus tak hanya memberi pesan, ia meninggalkan warisan, bahwa perbedaan bukan ancaman, melainkan kekayaan yang harus dijaga bersama. (her)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button