Menikmati ‘Kurikulum Pendidikan’ Allah

Ditulis : Lutfi Nugraha, MA
Bulan Rajab telah datang menyapa kita. Sebuah bulan mulia dan agung. Salah satu dari bulan-bulan suci yang sangat dimuliakan dalam Islam. Inilah bulan pembuka segala kebaikan yang akan disambung secara estafet di bulan-bulan selanjutnya. Bulan Rajab bagaikan sebuah pintu besar bagi kita untuk menikmati ‘Kurikulum Pendidikan’ yang telah disiapkan Allah untuk mendidik dan membina kita.
Pada Bulan Rajab inilah sesungguhnya estafet ‘Kurikulum Pendidikan’ ini dimulai. Kunci gerbang ‘Kurikulum Pendidikan’ ini bernama istighfar dan shalawat. Pengakuan terhadap kehinaan diri dihadapan Sang Pencipta sekaligus senandung shalawat dalam hati adalah kunci pembukanya.
Mengakui diri masih terlalu lemah dan lalai dalam ibadah. Mencoba menguatkan kembali ‘senyawa’ hati kita dengan Allah, seraya menguatkan kembali tali kecintaan kita kepada Baginda Nabi melalui lantunan shalawat. Gagal di fase ini, maka akan sangat berdampak pada estafet selanjutnya.
Setelah pembiasaan di Rajab ini kita rutinkan, maka masuklah kita pada estafet ‘Kurikulum Pendidikan’ selanjutnya, yaitu Sya’ban. Inilah bulan dimana kita harus meluruskan hati dan ruh kita. Pantaslah jika orang tua kita dahulu sering menyebut Sya’ban ini sebagai ‘Bulan Rowah’ atau ‘Bulan Arwah’.
Inilah bulan dimana kita diperintahkan untuk membersihkan ruh kita, berusaha untuk lebih sabar dalam menjalani hidup, membersihkan hati dan fikiran, mengikhlaskan niat dalam segala aktifitas, sambil menyambung ruh kita yang masih hidup dengan mereka yang telah meninggal dunia melalui ziarah kubur. Ruh kita diharapkan akan semakin bersih dan kuat untuk menyambut bulan nan mulia setelahnya, yaitu Bulan Suci Ramadhan.
Inilah bulan nan mulia itu. Bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh muslimin di dunia. Bulan yang memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lainnya. Ramadhan sangat kental dengan nuansa ruhani yang menenangkan hati dan fikiran.
Aktifitas ibadahnya yang khas, seperti sahur, berpuasa, tadarus Al Qur’an, dan tarawih, adalah ciri khas Ramadhan yang tidak ditemui di bulan lain. Seluruh dunia seketika langsung terhipnotis dengan aura Ramadhan.
Entah mengapa, saat Ramadhan tiba, seketika suasana hati dan fikiran jadi begitu khas. Sebuah perasaan yang selalu datang tiap tahun. Perasaan dan suasana yang cukup unik. Tak mudah tergambarkan namun sangat dekat terasa.
Setelah selesai Ramadhan, maka masuklah kita ke 1 Syawal. Muslim di Indonesia merayakan Idul Fitri dengan sangat khas. Idul Fitri di Indonesia menjadi acara spesial yang dihabiskan bersama keluarga besar.
Tidak sempurna rasanya menghabiskan Idul Fitri di tanah perantauan, maka muslim di Indonesia selalu kembali ke kampung halaman. Jutaan orang di perantauan kembali ke tanah kelahiran. Mudik Lebaran namanya. Lebaran menjadi momentum silaturrahim dengan seluruh anggota keluarga.
Kenapa silaturrahim dengan keluarga dan sahabat lebih nikmat saat Idul Fitri? Karena silaturrahim ini sejatinya telah dipersiapkan sejak 3 bulan yang lalu, yaitu sejak Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan. Inilah yang membuat silaturrahim di bulan Syawal menjadi sangat menyentuh dan penuh makna. Inilah rangkaian estafet ‘Kurikulum Pendidikan’ Allah SWT.
Setelah Syawal dan Idul Fitri selesai, maka barulah Allah memerintahkan kita untuk berkurban. Idul Adha atau Lebaran Kurban. Menyembelih hewan kurban yang kita beli dari harta terbaik kita, lalu kita persembahkan kepada Allah dengan cara memberikan hewan kurban itu kepada mereka yang berhak menerimanya. Inilah sejatinya ‘Kurikulum Pendidikan’ Allah yang telah dipersiapkan untuk mendidik ruh kita, memperbaiki diri kita, dan melembutkan hati kita.
Diawali dengan pengakuan akan kelemahan diri di Rajab dan diakhiri dengan berkurban sebagai puncak penghambaan diri kepada Allah SWT. Marilah kita nikmati seluruh rangkaian ‘Kurikulum Pendidikan’ ini dengan sebaik-baiknya agar kita bisa lulus sebagai ‘alumni-alumni’ berpredikat taqwa. Menjadi Insan Kamil yang memiliki sifat Ihsan. Pembawa ketenangan dan kedamaian. InsyaAllah.