Menteri UMKM Sebut Asuransi Jadi Penopang Keberlanjutan Usaha di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

INDOPOSCO.ID – Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menekankan bahwa asuransi memiliki peran strategis sebagai instrumen penting dalam mitigasi risiko ekonomi sekaligus jaminan keberlanjutan usaha bagi pengusaha UMKM.
“Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ancaman perubahan iklim yang semakin terasa dampaknya terhadap proses bisnis, terutama bagi pengusaha UMKM, asuransi menjadi instrumen penting dalam mitigasi risiko dan penopang keberlanjutan usaha,” ujar Maman saat memberikan sambutan dalam acara Literasi Asuransi untuk Negeri yang diselenggarakan oleh Dewan Asuransi Indonesia bersama seluruh asosiasi perusahaan asuransi di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Sabtu (18/10/2025).
Berdasarkan data Asian Development Bank (ADB) pada 2024, UMKM, khususnya usaha mikro, merupakan sektor yang sangat rentan terhadap guncangan ekonomi dan bencana. Sebanyak 40 persen UMKM tidak mampu bangkit setelah terdampak bencana, sementara 25 persen baru dapat pulih setelah lebih dari dua tahun.
Hanya sekitar 2,96 persen UMKM di Indonesia yang memiliki asuransi kebencanaan, dan 53 persen di antaranya tidak melakukan persiapan apa pun dalam menghadapi potensi bencana.
“Asuransi hadir bukan sekadar sebagai proteksi, tetapi juga menjadi penopang semangat untuk bangkit dan melanjutkan usaha,” jelas Maman.
Meski demikian, tingkat inklusi dan literasi produk asuransi di Indonesia hingga saat ini masih tergolong rendah. Oleh karena itu, Maman mengajak seluruh asosiasi perusahaan asuransi untuk berkolaborasi secara lebih intensif dalam meningkatkan literasi asuransi di kalangan pengusaha UMKM.
Menurutnya, rendahnya literasi asuransi bukan hanya persoalan pengetahuan, tetapi juga berdampak langsung terhadap ketahanan usaha. Asuransi sejatinya memiliki peran strategis dalam mendukung pembiayaan produktif pemerintah, seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Melalui perlindungan asuransi, penyaluran kredit dan akses pembiayaan bagi pengusaha UMKM diharapkan dapat terus meningkat,” imbuhnya.
Hingga 17 Oktober 2025, penyaluran KUR telah mencapai Rp217,1 triliun yang disalurkan kepada 3.691.209 pengusaha UMKM penerima manfaat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 60,6 persen atau senilai Rp129 triliun disalurkan ke sektor produksi guna meningkatkan multiplier effect terhadap perekonomian nasional.
“Jika penyaluran pembiayaan ke sektor produksi terus ditingkatkan, akan semakin banyak manfaat ekonomi yang dapat dirasakan secara luas,” tutupnya.
Ia meyakini bahwa melalui sinergi dan kolaborasi berbagai pihak, pembiayaan kepada pengusaha UMKM akan terus tumbuh. Hal ini pada akhirnya akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan UMKM dan pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan. (her)