Indonesia Jadi ‘Bright Spot’ di Tengah Ketidakpastian Global, Ini Alasannya

INDOPOSCO.ID – Memasuki satu tahun masa pemerintahan Prabowo-Gibran, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai Indonesia jadi salah satu titik terang atau ‘bright spot’ di tengah gejolak perekonomian dunia.
Ia memaparkan, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,12 persen pada kuartal II 2025, salah satu yang tertinggi di antara negara anggota G20 dengan inflasi stabil di rentang 2,5 plus minus 1 persen.
“Lembaga IMF (Dana Moneter Internasional) menyatakan di tengah ketidakpastian global, Indonesia merupakan bright spot. Jadi Indonesia adalah terang dibandingkan berbagai negara lain dalam ketidakpastian, unpredictability, dan uncertainty dengan pertumbuhan rata-rata di atas 5 persen dalam 7 tahun terakhir. Jadi Indonesia tumbuh 35 persen dan Indonesia masih mampu untuk berlayar dalam situasi yang tidak menentu,” jelas Airlangga seperti dikutip Antara, Jumat (17/10/2025).
Selain pertumbuhan ekonomi, Airlangga menyampaikan stabilitas dari sisi fiskal juga tetap terjaga. Ini tercermin dari defisit APBN yang berada di bawah 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dengan rasio utang yang termasuk terendah di antara negara G20.
Tiga lembaga pemeringkat internasional utama juga menempatkan Indonesia pada peringkat investasi dengan outlook stabil.
Selain itu, di sektor pasar keuangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah di level 8.200, dan cadangan devisa mencapai rekor 157 miliar dolar AS pada Maret 2025.
Pemerintah juga merealisasikan bank emas (bullion bank), menempatkan dana Rp200 triliun di perbankan untuk memperkuat likuiditas, serta menghapus utang macet UMKM produktif sebagai bentuk keberpihakan kepada rakyat kecil.
Dari sisi investasi, realisasi semester I 2025 tercatat Rp942,9 triliun atau naik 13,6 persen secara tahunan, dengan serapan tenaga kerja 1,2 juta orang.
“Capaian tersebut turut mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat,” kata Menko.
Sementara, angka kemiskinan turun menjadi 8,47 persen, terendah dalam sejarah, dengan jumlah penduduk miskin 23,85 juta orang per Maret 2025.
Airlangga menyampaikan pemerintah juga memperluas akses permodalan murah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada 3,46 juta pelaku UMKM, petani, dan nelayan per September 2025.
Lebih lanjut, dalam semester II 2025, pemerintah melanjutkan stimulus melalui Program Paket Ekonomi 8+4+5 dan Program Magang Nasional untuk memperkuat konsumsi dan efek pengganda (multiplier effect).
Kemudian dari sisi kerja sama internasional, Indonesia resmi bergabung dengan BRICS dan berhasil menurunkan tarif resiprokal dengan Amerika Serikat (AS) dari 32 persen menjadi 19 persen.
Kesepakatan perdagangan IEU CEPA dan Indonesia-Canada CEPA diharapkan membuka pasar yang lebih luas bagi ekspor nasional.
“Indonesia tidak hanya bertahan di dalam ketidakpastian global. Indonesia tetap tumbuh, Indonesia berinovasi, Indonesia memimpin, dan kita punya fondasi yang kuat,” tutur dia.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso menekankan peran investasi sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi.
“PDB kita PMTB-nya sekitar 27,83 persen. Memang masih paling tinggi adalah spending, konsumsi rumah tangga. Namun ke depan saya kira investasi ini akan selain berkontribusi positif untuk PDB, juga multiplier effect-nya ke berbagai sektor. Karena itu saya kira sangat tepat ke depan untuk mencapai 8 persen, kita perlu terus menjadikan investasi sebagai motor utama penggerak perekonomian nasional kita,” ujarnya. (gin)