Janji 19 Juta Lapangan Kerja, Ekonom: Ini Bukan Sekadar Angka

INDOPOSCO.ID – Pasangan Prabowo-Gibran menjanjikan penciptaan 19 juta lapangan kerja saat kampanye Pilpres 2024. Harapan besar tumbuh di benak rakyat saat itu.
Ekonom Achmad Nur Hidayat mengatakan, janji kampanye itu bukan sekadar angka, melainkan simbol janji perubahan. Juga simbol keberpihakan kepada kaum muda, perempuan, dan mereka yang selama ini terpinggirkan dari arus utama pembangunan.
“Satu tahun kemudian, janji itu belum menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Tapi justru gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) meningkat, jumlah pengangguran bertambah, dan masyarakat dibuat resah,” ungkap Achmad melalui gawai, Senin (9/6/2025).
Ia menyebut, data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 menunjukkan jumlah pengangguran mencapai 7,28 juta orang, naik 83.450 orang dibanding tahun sebelumnya.
Sementara itu, gelombang PHK terus berlangsung di berbagai sektor, seperti industri tekstil, elektronik, dan otomotif. Sritex diputus pailit, Yamaha Music merelokasi pabrik ke luar negeri, dan Sanken menutup operasi, berdampak pada ribuan pekerja yang kehilangan mata pencaharian.
“Janji itu seperti mobil mewah yang dijual dengan penuh janji kemewahan. Namun saat dihadapkan pada jalan berlubang kebijakan dan realitas ekonomi, mesin mobil itu tak kunjung menyala,” katanya.
Ia mengatakan, salah satu penyebabnya adalah perlambatan ekonomi global, ketegangan geopolitik, perang dagang, dan transformasi digital yang masif membuat pasar tenaga kerja nasional semakin rentan.
Sementara di dalam negeri, masih ujar dia, relokasi industri, tekanan impor barang-barang manufaktur dari luar negeri, dan absennya strategi perlindungan tenaga kerja lokal menjadi racikan sempurna bagi ledakan PHK.
“Ribuan pekerja dari berbagai sektor kehilangan pekerjaan, mulai dari tekstil, elektronik, hingga otomotif,” ungkapnya.
Dalam kondisi seperti ini, dikatakan dia, angkatan kerja justru bertambah. Karena lulusan sekolah dan ibu rumah tangga mulai kembali mencari kerja.
“Ini ibarat air yang terus mengalir ke dalam ember bocor, setiap penambahan angkatan kerja hanya memperparah banjir pengangguran. Jika tidak dibarengi penciptaan lapangan kerja baru,” terangnya.
“Hingga pertengahan 2025, belum terlihat arah kebijakan konkret tentang bagaimana pekerjaan itu akan diciptakan,” imbuhnya. (nas)