Rektor UNM: AI Bukan Lagi Sekadar Tren, Tapi Kebutuhan yang Mendesak

INDOPOSCO.ID – Saat ini teknologi Artificial Intelligence (AI) berkembang cukup pesat dan mengubah cara manusia bekerja, belajar, dan berinovasi di hampir setiap sektor kehidupan. Pernyataan tersebut diungkapkan Rektor Universitas Nusa Mandiri (UNM) Prof Dwiza Riana dalam keterangan, Sabtu (21/12/2024).
Di era Industri 4.0, menurut dia, AI pun memainkan peran penting sebagai enabler untuk otomatisasi, pengolahan data besar, serta menciptakan efisiensi dan inovasi di sektor-sektor strategis seperti manufaktur, kesehatan, pendidikan, dan bisnis. AI bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan yang mendesak.
“Oleh karena itu, kita tidak boleh hanya menjadi penonton, tetapi harus menjadi aktor utama dalam proses perubahan ini,” katanya.
Ia mengatakan, keberadaan UNM AI Center ini merupakan wujud nyata komitmen UNM dalam mendukung transformasi digital di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan dan pengembangan riset berbasis AI.
“Melalui fasilitas ini, kita berharap dapat mencetak talenta-talenta muda yang unggul di bidang AI dan memperkuat ekosistem teknologi nasional,” katanya.
Dikatakan dia, UNM menjalin kerjasama dengan AICO, komunitas AI terbesar di Indonesia. Hal ini untuk mendorong para dosen, mahasiswa, dan mitra industri untuk memanfaatkan fasilitas yang tersedia di UNM AI Center, sebagai wadah untuk berbagi ilmu, melakukan riset kolaboratif, dan menciptakan inovasi-inovasi baru.
“Nantinya ini dapat memperkuat daya saing nasional dan turut serta mempercepat adopsi teknologi AI di Indonesia,” ucap Dwiza.
Ia menuturkan, UNM AI Center bertujuan untuk mengakselerasi riset-riset inovatif, memperkuat kolaborasi industri, serta menciptakan solusi berbasis AI yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Kerja sama UNM dengan AICO bisa membawa pengaruh positif pada perkembangan AI di lingkungan kampus UNM, dan secara luas di Indonesia.
“Melalui kolaborasi ini, mahasiswa akan memiliki akses ke berbagai pengetahuan, teknologi, dan komunitas AI yang lebih luas, sehingga mampu menjadi talenta AI unggulan di masa depan,” ujarnya.
“Melalui fasilitas ini, kita berharap dapat mencetak talenta-talenta muda yang unggul di bidang AI dan memperkuat ekosistem teknologi nasional,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Daniel Boy Manihuruk dari AICO menekankan pentingnya akses pendidikan dan teknologi AI untuk generasi muda. Agar dapat memanfaatkan AI untuk menciptakan solusi inovatif bagi berbagai permasalahan global.
“Kerja sama ini diharapkan akan membuka lebih banyak peluang dalam pengembangan riset, pelatihan, dan implementasi teknologi AI,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengguna AI Indonesia Dian Martin mengatakan, perkembangan AI (Artificial Intelligence) di Indonesia saat ini memberikan dampak yang signifikan. Ada sejumlah pekerjaan yang akan hilang, seperti admin kantor, kasir, junior akuntan, data entry, script writing dan sebagainya.
“Akan ada sekitar 45 persen pekerjaan yang terotomatisasi, artinya, hampir sebanyak 4,5 juta pekerja yang sudah bekerja akan terdampak,” ungkap Dian.
Menurut Dian, manusia harus berkolaborasi dengan AI agar dapat tetap relevan di pasar kerja yang semakin dipengaruhi oleh teknologi otomatisasi. “AI tidak akan menggantikan manusia, tapi manusia yang berkolaborasi dengan AI dapat menggantikan manusia yang tidak berkolaborasi dengan AI,” katanya.
Dian juga mengajak generasi muda untuk berkolaborasi dengan AI dalam pemanfaatannya, agar hadirnya AI tidak malah membuat generasi muda malas atau kurang produktif. Karena kehadiran AI bisa mengubah pola permainan lintas generasi.
“Generasi Z memiliki potensi kreativitas yang lebih tinggi dibanding generasi kolonial dan milenial. Oleh karena itu, gunakan AI dengan bijak agar semakin kreatif dan inovatif,” ujarnya.
Sebelumnya, Universitas Nusa Mandiri (UNM) meluncurkan UNM AI Center. Sebuah pusat unggulan yang didedikasikan untuk penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi Artificial Intelligence (AI) di berbagai sektor, baik dalam pendidikan maupun industri. (nas)