Gabungkan Gaya Hidup Berkelanjutan dan Upaya Sosial, Yayasan Penabulu Fokus Pengentasan Kemiskinan
INDOPOSCO.ID – Dengan visi menggabungkan gaya hidup berkelanjutan dan upaya sosial, Yayasan Penabulu hadirkan inisiatif baru bernama Penabulu Shop menjadi thrift shop berkelanjutan pertama di Indonesia yang memiliki misi sosial pengentasan kemiskinan.
Dalam acara soft launching yang digelar di Mula by Galeri Jakarta, Cilandak Town Square (CITOS), Selasa (17/12/2024) Penabulu Shop menekankan pentingnya kontribusi masyarakat dalam mendukung keberlanjutan lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi komunitas.
Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) Republik Indonesia, Budiman Sudjatmiko, yang hadir sebagai pembicara Utama menyampaikan, pihaknya memberikan apresiasi kepada Yayasan Penabulu dengan diluncurkannya Penabulu Shop sebagai platform inovatif belanja barang bekas berkelanjutan pertama yang berfokus pada dampak sosial untuk pengentasan kemiskinan.
“Hal ini selaras dengan program Badan Percepatan Taskin yaitu berdata, berdana dan berdaya, yang memiliki tujuan menurunkan angka kemiskinan dari 9 persen menjadi 5 persen pada 2029,” ujar Budiman, Selasa (17/12/2024).
Direktur Program Yayasan Penabulu, Esti Nuringdyah menekankan, dengan misi sosial ini, Penabulu Shop menciptakan dampak yang bermakna bagi komunitas dan lingkungan.
Business Advisor Yayasan Penabulu, Budi Santosa menyampaikan, hari ini, pihaknya membuka pintu untuk kebaikan dan keberlanjutan, mengubah barang-barang kesayangan yang tidak terpakai menjadi awal yang baru dan lebih bernilai.
“Bersama-sama kita jadikan setiap donasi barang dan pembelian langkah menuju masa depan yang lebih cerah bagi mereka yang membutuhkan. Selamat datang di Penabulu Shop,” katanya.
Acara peluncuran Penabulu Shop didukung oleh penggiat keberlanjutan, antara lain Suzy Hutomo, Chief Executive Officer (CEO) The Body Shop; Mytha Lestari, figur publik yang juga musisi; Indah Permata Sari, pemain film, dan Fora Basuki, penulis novel.
Indah Permata Sari menyatakan, tidak bisa hanya mengkonsumsi saja untuk mencapai dunia yang berkelanjutan. Dengan begitu, Thrifting Penabulu tidak hanya menjadi pilihan belanja ekonomis, tapi juga berkontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan.
“Saya yang sejak lama sudah menikmati thrifting, semakin bersemangat dengan Penabulu Shop karena mengetahui hasil penjualannya untuk kebaikan,” tuturnya.
Mytha Lestari turutut menanggapi. Menurutnya konsep thrifting di program ini bukan hanya smart shopping, tapi juga shopping and caring.
“Dengan belanja barang preloved di sini, kita ikut menggunakan ulang barang fesyen (reuse), sekaligus membantu mereka yang kurang beruntung dan berada di garis bawah kemiskinan,” katanya.
Melihat tren gaya hidup saat ini, terutama di perkotaan Indonesia, Jeane Niode, Digital & Social Media Advisor Penabulu Shop menyatakan, dengan kekuatan digital dan media sosial, thrifting di Penabulu Shop bukan hanya sekedar tentang gaya hidup berkelanjutan.
“Tapi juga membuka peluang ekonomi bagi mereka yang membutuhkan,” tuturnya.
Pengamat Tren Komunikasi Berkelanjutan, Elvera N. Makki menyampaikan, tren berbelanja pakaian preloved di negara-negara maju cenderung meningkat di sepanjang 2018-2023, yaitu di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, dan Spanyol.
“Survei dari Statista Consumer Insights ini dilakukan terhadap 2 ribu-10 ribu responden usia 18-64 tahun, dimana peningkatan tertinggi terjadi di Inggris sebesar 8 persen. Tak heran, Oxfam Shop di sana pun berhasil baik,” katanya. (her)