Ekonomi

Asa Sarini 75 Tahun Bisa Naik Haji, Berjualan dari Subuh dan Ikut Arisan Tiap Hari

INDOPOSCO.ID – Adzan subuh baru saja selesai berkumandang. Rasa kantuk serasa mengikat tubuh Sarini. Usianya sudah tidak muda lagi. Perempuan genap berusia 75 tahun ini pun bergegas bangkit dari peraduannya.

Dengan tertatih-tatih Sarini melangkah ke luar kamar, untuk mengambil air wudhu. Usai menunaikan salat Subuh, perempuan yang tinggal di Desa Setu Wetan, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon pun melakukan aktivitas seperti pagi biasanya.

“Ayo Rozak, anter mamak ke pasar,” kata Sarini memanggil puteranya untuk mengantarnya ke pasar.

Tampak motor Rozak penuh sesak dengan barang dagangan. Brum..Brum.. Brum.. Sarini pun terlihat berboncengan dengan Rozak berangkat ke pasar Plered untuk berjualan.

Setibanya di pasar, Sarini pun bergegas membuka kios miliknya. Kios berukuran 2×2 Meter milik Sarini terlihat sederhana dan bersih. Perempuan yang sudah menjanda ditinggal meninggal suaminya ini pun menyusun barang dagangannya.

Tangannya gemetar menyusun satu persatu makanan ringan dan aneka buah-buahan. Peluhnya tampak mengalir di wajah keriput Sarini. Dari makanan anak-anak hingga buah-buahan sudah tersusun rapi.

Menjelang pagi, Pasar Plered mulai ramai dikunjungi pembeli. “Sini bu, buahnya masih segar-segar,” kata Sarini sembari menawarkan dagangannya.

Semangat perempuan dengan tiga orang anak ini sungguh luar biasa. Di sisa hidupnya, ia ingin sekali berhaji. “Udah 4 tahun mendaftar haji,” kata Sarini kepada indopos.co.id, Rabu (30/10/2024).

Tekad Sarini berangkat ke Tanah Suci tidak mudah. Ia mengumpulkan uang dari berjualan selama belasan tahun untuk biaya pendaftaran haji. “Alhamdulillah ngumpulin sudah belasan tahun. Uang pendaftaran Rp25 juta,” kata Sarini.

Sarini tidak mengetahui kapan panggilan untuk memenuhi rukun Islam kelima itu datang. “Ya bersabar ajalah. Enggak tahu kapan berangkatnya. Saudara ada yang sudah mendaftar, 15 tahun belum berangkat,” ucap Sarini dengan wajah pasrah.

Ia mengaku untuk membayar kekurangan biaya perjalanan ibadah haji (Bipih) setiap hari menyisihkan uang Rp20.000 hasil berjualan. “Alhamdulillah berjualan pasang surut. Kalau lagi ramai bisa dapat Rp100 ribu-Rp200 ribu. Tapi kalau lagi sepi cuma Rp50 ribu,” bebernya.

“Untuk menutupi kekurangan biaya haji, sehari saya ikut arisan Rp20 ribu. Anggap aja menabung,” imbuhnya.

Sarini adalah satu dari ribuan calon jemaah haji yang antre untuk berangkat ibadah ke Tanah Suci. “Pasar Plered sekarang enggak seramai dulu. Sekarang jam 13.00 WIB sudah sepi pembeli, jadi kami tutup lapak jam 14.00 WIB,” ucap Sarini.

“Saya hanya bisa berdoa, semoga di sisa umur ini masih bisa berangkat haji,” imbuh Sarini sembari berharap dalam doanya.

Sementara itu, saat diskusi acara Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Forjukafi) di Jakarta belum lama ini, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) mengajak masyarakat untuk daftar haji di usia muda. Sebab, antrean haji reguler di Indonesia cukup panjang, sampai sekitar 20 tahun bahkan lebih.

“Kalau mendaftar haji di usia muda, kondisi fisik jemaah tetap prima saat berhaji kelak,” kata Anggota Badan Pelaksana BPKH Sulistyowati.

Pejabat yang akrab disapa Lilies itu mengatakan, haji adalah ibadah yang membutuhkan fisik prima. “Haji itu ibadah yang 80 persen aktivitas fisik,” katanya.

Dia menjelaskan, masih ada kecenderungan orang mendaftar haji ketika usia pensiun. Akibatnya saat berangkat haji nanti, usianya sudah cukup tua.

“Dengan simulasi usia pensiun di umur 60 tahun kemudian antreannya 30 tahun, maka yang bersangkutan akan haji di umur 90 tahun. Tentu sudah cukup tua,” katanya. (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button