Ekonom Ungkap 5 Faktor Penyebab Penduduk Kelas Menengah Menurun

INDOPOSCO.ID – Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengemukakan, sejumlah faktor terjadinya penurunan jumlah penduduk kelas menengah sejak pandemi Covid-19. Salah satunya, kinerja industri manufaktur loyo.
“Ada lima faktor penurunan jumlah kelas menengah. Pertama, industri manufaktur tengah melemah, hampir sebagian besar kinerja manufaktur pada kuartal ke II 2024 alami tekanan terutama sektor padat karya,” kata Bhima kepada indopos.co.id melalui gawai, Jakarta, Sabtu (31/8/2024).
Deindustrialisasi prematur atau menurunnya porsi industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga berimbas, terhadap Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal.
Faktor kedua, tingginya suku bunga perbankan mempengaruhi cicilan rumah, kendaraan bermotor dan kredit konsumsi lainnya.
Ketiga, booming harga komoditas sudah lewat sehingga pekerja di sektor sawit, nikel dan batubara tidak alami kenaikan pendapatan yang signifikan dibanding tahun 2021.
“Keempat, kebijakan pajak pemerintah khususnya penerapan tarif PPN 11 persen berkontribusi ke naiknya harga barang di tingkat ritel,” ujar Bhima.
Selain itu, pemhangunan infrastruktur yang tidak tepat sasaran menjadi penyumbang menurunya jumlah penduduk kelas menengah.
“Kelima, belanja infrastruktur dan investasi kurang berkualitas sehingga serapan kerja nya kecil dibanding nominal uang yang dikeluarkan,” imbuh Bhima.
Sejauh ini, antara beban kenaikan biaya pangan, perumahan, pendidikan, suku bunga dan kesempatan kerja belum sebanding dengan insentif yang diberikan pemerintah kepada kelas menengah.
Bansos yang naik tinggi saat Pemilu hanya menyasar kelompok di bawah garis kemiskinan. Sementara insentif pajak yang diberikan saat pandemi sudah dicabut seperti PPh 21 karyawan DTP.
PPh Pasal 21 DTP adalah pajak terutang atas penghasilan terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dibayarkan pemerintah, menggunakan anggaran telah ditetapkan dalam UU APBN.
“Kelas menengah bahkan harus menanggung kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) 11 persen, yang membuat harga barang ritel naik,” kritik Bhima.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia menurun akibat dipicu dampak Covid-19. Tahun 2023, tercatat jumlah kelas menengah jadi 48,27 juta dari 2019 sebesar 57,33 juta. (dan)