Rupiah Lemah karena Khawatir Penurunan Ekspor China

INDOPOSCO.ID – Analis ICDX Revandra Aritama menyatakan pelemahan rupiah pada pembukaan perdagangan, Jumat (9/6), dipengaruhi sentimen domestik, yakni kekhawatiran atas penurunan aktivitas ekspor China yang merupakan konsumen terbesar produk Indonesia.
“Turunnya permintaan dari China ini memberikan ancaman untuk positifnya neraca dagang yang telah berjalan selama ini,” ujar dia, di Jakarta, Jumat (9/6), seeprti dikutip dari Antara.
Pascapembukaan lockdown Covid-19, kondisi ekonomi China disebut belum kembali normal seperti yang terjadi di industri manufaktur China.
Selain itu, sektor energi di China disebut masih memiliki stok bahan bakar, terutama batu bara yang cukup energi disebutkan cukup melimpah sehingga ada peluang impor China untuk komoditi tersebut juga berpeluang menurun.
“Namun kondisi ekonomi Indonesia sendiri secara umum disebut ada di level yang baik. Inflasi relatif terjaga, pertumbuhan ekonomi juga dinilai sangat baik, cadangan devisa juga ada di level yang baik,” ucap Revandra.
Perekonomian dalam negeri yang baik mampu menyerap investasi dari domestik maupun luar negeri, sehingga mempengaruhi penguatan rupiah.
Faktor lainnya adalah rilis tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan peningkatan unemployment claim. Ini memperlihatkan pasar tenaga kerja AS yang lemah, ditambah dengan data neraca perdagangan yang saat ini berada di kisaran -USD74,6 miliar dari sebelumnya -USD60,6 miliar.
“Hal ini menunjukkan ekonomi AS sedang dalam kondisi tertekan, oleh karena itu The Fed dikabarkan mulai mempertimbangkan untuk menahan atau bahkan mengurangi nilai suku bunga. Jika ini benar terjadi dan kondisi ekonomi AS belum berhasil membaik, peluang rupiah untuk menguat semakin besar,” tutur Revandra.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (9/6) pagi melemah 0,12 persen atau 17 poin menjadi Rp14.895 per USD dari sebelumnya Rp14.877 per USD. (mg2)