Minyak Naik di Asia, Dipicu Kekhawatiran Pasokan Saat Kazakhstan Rusuh

INDOPOSCO.ID – Harga minyak menguat di sesi perdagangan Asia pada Jumat, karena pelawanan di Kazakhstan mengakibatkan kebingungan bahwa pasokan minyak mentah dari produsen OPEC+ dapat tersendat pada saat yang sama produksi di Libya juga menurun.
Minyak mentah berjangka Brent naik 48 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 82,47 dolar AS per barel pada jam 01.27 GMT, menambah lonjakan 1,5 persen di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 50 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 79,96 dolar AS per barel, memperpanjang kenaikan 2,1 persen di sesi sebelumnya.
Baca Juga : Minyak Naik di 80 Dolar, OPEC+ Tetap Dengan Rencana Kenaikan Produksi
“Kenaikan harga minyak sebagian besar mencerminkan kegelisahan pasar karena kerusuhan meningkat di Kazakhstan dan situasi politik di Libya terus memburuk dan mengesampingkan produksi minyak,” tutur analis Rystad Energy, Louise Dickson dalam komentarnya melalui surel.
Setelah berhari-hari kerusuhan di Kazakhstan, di mana pemerintah mengumumkan keadaan darurat, Rusia pada Kamis (6/1/2022) mengirim pasukan terjun payung untuk meredam makar.
Protes diawali di wilayah barat yang kaya minyak di Kazakhstan, setelah batasan harga pada butana dan propana dihapus pada Hari Tahun Baru.
Baca Juga : Harga Minyak Ditutup Lebih Tinggi Meskipun Ada Kekhawatiran Omicron
Brent dan WTI berada di jalur untuk mencatat kenaikan 6,0 persen di minggu pertama tahun ini, dengan harga tertinggi sejak akhir November, karena kebingungan pasokan mengalahkan kebingungan bahwa penyebaran cepat varian virus corona Omicron dapat mengusik permintaan.
Penambahan pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+, tidak mengikuti pertumbuhan permintaan.
Produksi OPEC pada Desember naik 70.000 barel per hari dari bulan sebelumnya, jauh di bawah peningkatan 253.000 barel per hari yang diizinkan di bawah kesepakatan pasokan OPEC+, yang memulihkan produksi yang dipangkas pada 2020 ketika permintaan ambruk di bawah penguncian Covid-19.
Produksi di Libya telah turun menjadi 729.000 barel per hari dari tertinggi 1,3 juta barel per hari tahun lalu, sebagian karena pekerjaan pemeliharaan pipa. (gin)