Ekonomi

Emas Tergelincir 5,2 Dolar karena “Greenback” dan Ekuitas Menguat

INDOPOSCO.IDHarga emas merosot pada akhir perdagangan Selasa (21/12) atau Rabu (22/12), ketika dolar memulihkan beberapa kerugiannya, imbal hasil obligasi pemerintah meningkat dan selera terhadap aset-aset berisiko kembali pulih, dengan para investor tampak melewati risiko ekonomi yang ditimbulkan oleh varian Omicron.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, tergelincir USD5,9 atau 0,33 persen, menjadi ditutup pada USD1.788,70 per ounce. Emas di pasar spot juga melemah 0,2 persen menjadi diperdagangkan di USD1.786,50 per ounce pada pukul 18.36 GMT.

Baca Juga : Emas Stabil di Asia, Pedagang Kaji Dampak Omicron dan Kenaikan Suku Bunga

Sehari sebelumnya, Senin (20/12/2021), emas berjangka jatuh USD10,3 atau 0,57 persen menjadi USD1.794,60, setelah naik USD6,7 atau 0,37 persen menjadi USD1.804,90 pada Jumat (18/12/2021), dan melonjak USD33,7 atau 1,91 persen menjadi USD1.798,20 pada Kamis (16/12/2021).

“Anda mendapat risiko pada perdagangan karena ekuitas AS bangkit kembali setelah kerugian kemarin, dan dolar juga pulih bersama dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS, semuanya sedikit menekan emas,” kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.

Tetapi “orang sedang membeli segala jenis penurunan yang mereka bisa” karena mereka khawatir tentang ketidakpastian termasuk pukulan ekonomi dari Covid-19 dan level USD1.800 tetap menjadi titik pivot utama untuk emas, Streible menambahkan.

Baca Juga : Emas Jatuh 10,3 Dolar, Investor Antisipasi Kenaikan Suku Bunga Fed

Dolar AS menutup beberapa kerugiannya, sementara sentimen risiko pulih sebagian setelah aksi jual di pasar global.

Namun, logam mulia dapat memperoleh tawaran beli baru pada tahun 2022 jika ekspektasi inflasi tetap tinggi sementara imbal hasil nominal tetap tertekan,” kata Han Tan, kepala analis pasar di Exinity.

Emas sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap lonjakan besar harga konsumen (inflasi), tetapi kenaikan suku bunga dapat mengekang tekanan inflasi sementara juga mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Namun, “investor emas masih belum memiliki nyali untuk segala jenis kerugian, sebagaimana dibuktikan oleh kemunduran cepat baru-baru ini pada reli di atas USD1.800,” kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA, menambahkan bahwa pihaknya tidak memiliki momentum untuk keluar dari perdagangan kisaran ketat saat ini.

Perdagangan juga tampak kurang bergairah karena investor bersiap untuk liburan Natal akhir pekan. Banyak pasar global, termasuk untuk logam mulia, akan ditutup pada Jumat (24/12/2021) untuk memperingati perayaan Natal.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 23,8 sen atau 1,07 persen, menjadi ditutup pada USD22,529 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik USD1,4atau 0,15 persen, menjadi ditutup pada USD927,80 per ounce, Rabu (22/12/2021), seperti dikutip Antara. (mg3)

Back to top button