LPS Siapkan Program Edukasi untuk Investor Muda

INDOPOSCO.ID – Literasi menjadi kunci dalam berinvestasi. Namun, sangat disayangkan tren berinvestasi yang belakangan marak dilakukan anak muda, tak diiringi pengetahuan yang cukup.
Tak heran, jika banyak kabar soal kerugian investasi mengemuka. Alih-alih menggejot iklim investasi nasional menjadi makin baik, dikhawatirkan maraknya kerugian yang timbul, justru menjadi bumerang dan menimbulkan stigma negatif buat dunia investasi.
Menyikapi hal ini, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan kesediaannya untuk mengambil peran aktif dalam mengedukasi investor pemula yang didominasi anak muda.
“LPS siap mengedukasi langsung investor-investor pemula. Kami punya tools untuk mengajar mereka membaca analisis teknikal di pasar saham sampai crypto. Tren berinvestasi ini harus dimanfaatkan dengan baik, jangan sampai mereka tersesat dan kapok karena harus mengalami kerugian akibat kurang pengetahuan,” kata dia, dalam Bincang Santai dengan media bertajuk “Kala Gairah Investasi Tak Dibandingi Literasi” yang digelar Klub Jurnalis Ekonomi Jakarta (KJEJ), di Jakarta, Kamis (2/12/2021).
Menurutnya, edukasi dari sejumlah pihak yang berwenang memang sudah dilakukan. Tapi hal tersebut dinilai belum optimal dalam mendongkrak literasi dan menekan kerugian yang tak perlu akibat salah berinvestasi.
Berdasarkan Indeks Inklusi Keuangan dan Indeks Literasi Keuangan Indonesia, pada 2019, tingkat inklusi keuangan nasional mencapai 76,19 persen, sedangkan tingkat literasi di tahun yang sama baru mencapai 38,03 persen.
Baca Juga: Monetary Base Tumbuh Positif, Siap Mendukung Ekspansi Ekonomi Nasional
“Artinya, peningkatan akses terhadap produk keuangan cenderung dari masyarakat belum diikuti sepenuhnya oleh pemahaman terhadap risiko-risikonya,” tutur Purbaya.
Purbaya menilai, peningkatan literasi pasar modal penting dilakukan karena jumlah investor pasar modal telah meningkat signifikan di masa pandemi Covid-19. Ia menyebut, jumlah investor pasar modal pada 2018 baru 1,6 juta investor. Sedangkan pada Oktober 2021, jumlahnya meningkat drastis menjadi 6,75 juta investor.
Investor jenis produk reksadana dan saham jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah investor surat berharga negara (SBN). Dari sisi demografi, investor pasar modal di Indonesia didominasi kelompok umur di bawah 30 tahun dengan persentase mencapai 59,50 persen dan besaran aset mencapai Rp40,56 triliun.
Setelah itu baru disusul investor berusia 31-40 tahun dengan proporsi 21,51 persen dan kepemilikan aset sebesar Rp90,3 triliun. Adapun dari sisi jenjang pendidikan, mayoritas berlatar belakang sekolah menengah atas (SMA). Persentasenya mencapai 56,75 persen dengan total aset sebesar Rp169,44 triliun.
Sedangkan berdasarkan pekerjaan, investor didominasi oleh pegawai (swasta dan ASN) serta pelajar. Proporsinya masing-masing 33,48 persen dengan aset sebesar Rp283,3 triliun untuk pegawai dan 27,59 persen dengan aset sebesar Rp16,14 triliun untuk pelajar.
“Melihat data ini, jelas banyak terjadi peningkatan di investor muda atau investor pemula. Ini yang harus jadi target edukasi. Karena ini momentum, tak pernah selama ini terjadi peningkatan drastis di katagori investor muda seperti pelajar dan mahasiswa. Ini harus dijaga,” tegasnya.
Pastinya, ada berbagai program yang sedang disiapkan untuk dijalankan pada tahun depan, mulai dari menggelar webinar hingga forum khusus atau hybrid. Menurutnya, LPS juga terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak dalam melakukan edukasi mengenai literasi keuangan, termasuk dengan komunitas wartawan seperti Klub Jurnalis Ekonomi Jakarta atau pihak kampus dan sebagainya. (arm)