Ekonomi

Perusahaan Keluarga Masih Mendominasi Perekonomian Indonesia

INDOPOSCO.ID – President University (PresUniv) menyelenggarakan International Conference on Family Business and Entrepreneurship (ICFBE) 2021. Ini adalah tahun ke-5 penyelenggaraan ICFBE.

Di awali tahun 2017, dan terus berlanjut setiap tahunnya. Jika selama tiga tahun pertama ICFBE diselenggarakan secara offline, pada 2020, akibat pandemi Covid-19, dilakukan secara online. Pada tahun 2021, konferensi internasional ini dilakukan secara hybrid. Sebagian kecil panitia menempati lokasi di Hotel Grand Inna Kuta di Badung, Denpasar, Bali, dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Mereka harus sudah divaksin, menjalani tes PCR dan menerapkan 3M. Sementara, ratusan peserta dan pembicara lainnya hadir secara online.

IFCBE, yang merupakan ajang berbagi pengetahuan dan hasil riset tentang perusahaan keluarga, ini melibatkan peserta dan pembicara dari kalangan pemerintahan, akademisi, dan dunia bisnis. Mereka, di antaranya, Gubernur Bali Dr. Ir. I Wayan Koster, MM, Prof. Ki-Chan Kim, Professor of Management Catholic University of Korea, Prof. Ruth Rentschler, Professor Art & Cultural Leadership dari University of South Australia, Dr. Hariyadi Sukamdani, Chairman Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Dr. Edhijanto W. Taufik yang juga founder PT Mandaya Sehat, serta Servatius Bambang P, pemilik PT Kutus Kutus Herbal.

Baca Juga : Kementerian PUPR: Padat Karya Perumahan Tingkatkan Perekonomian Nasional

Pada ICFBE 2021, PresUniv kembali berkolaborasi dengan Universitas Dhyana Pura, Bali, dan Indonesia Strategic Management Society (ISMS).

Dalam pembukaan konferensi internasional tersebut Rektor PresUniv Prof. Dr. Jony Oktavian Haryanto mengatakan bahwa melalui ICFBE 2021, kita dapat saling bertukar informasi, berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta hasil riset tentang bagaimana perusahaanperusahaan keluarga dapat bertahan dan memulihkan dirinya dari ancaman pandemi Covid-19.

”Untuk tahun ini, ICFBE memilih tema On the Path to Recovery: Leadership, Resilience and Creativity. Tema tersebut kami pilih, karena saat ini masih banyak perusahaan, termasuk perusahaan keluarga, yang tengah berjuang untuk memulihkan diri setelah selama hampir dua tahun diterjang pandemi Covid-19. Di sini, kepemimpinan (leadership), daya tahan (cesilience) dan kreativitas (creativity) betul-betul diuji dan memainkan peran yang sangat penting,” ungkap Jony.

Baca Juga : Dorong Perekonomian, Sri Mulyani Bagikan Bantuan Tunai Bagi PKL-Warung di Medan

Dalam paparannya, Jony Haryanto mengutip riset McKinsey (2014) yang menyebut pentingnya peran perusahaan keluarga dalam perekonomian dunia. Menurut McKinsey, 80% Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara di dunia ternyata berasal dari perusahaan keluarga. Lalu, dari seluruh perusahaan yang ada di dunia, 60%-nya masih dimiliki oleh keluarga. Mereka ini memainkan peran penting, karena rata-rata perusahaan keluarga mampu membukukan pendapatan US$1 miliar (atau sekitar Rp14,5 triliun jika memakai kurs saat ini).

Di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, saat ini bisnis rintisan atau startup tumbuh bak jamur di musim hujan. Maraknya bisnis startup saat ini pun tak lepas dari peran perusahaan keluarga. Sekitar 85% startup ternyata mendapatkan modal pertamanya dari bisnis keluarga.

Kini, sejumlah bisnis rintisan telah berkembang menjadi Unicorn, dan bahkan Decacorn. Kehadiran startup tersebut diharapkan mampu menginspirasi banyak perusahaan, termasuk perusahaan keluarga, untuk menjadikan krisis justru sebagai peluang bisnis baru.

“Para pebisnis startup tersebut bak peselancar yang justru menjadikan krisis sebagai “gelombang” untuk berselancar, yakni dengan memulai dan bahkan malah membesarkan bisnisnya,” kata Jony Haryanto.

1 2Laman berikutnya
Sponsored Content
Back to top button