Ekonomi

KemenkopUKM Dorong Kolaborasi dan Digitalisasi Warteg

INDOPOSCO.ID – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) akan mendorong kolaborasi dan digitalisasi seluruh stakeholder usaha warung makan dan kaki lima termasuk warteg.

Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Eddy Satriya menegaskan bahwa warteg adalah salah satu usaha rakyat yang terdampak Covid 19 dan telah menjadi fokus perhatian pemerintah untuk mendapatkan bantuan.

“Pemerintah akan memberikan bantuan berupa Banpres Produktif Usaha Mikro, bantuan modal kerja yang dapat diakses melalui koperasi dan Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB KUMKM) atau akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui perbankan,” ujar Eddy dalam
diskusi dengan perwakilan pengurus Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) serta Paguyuban Pedagang Warung Tegal dan Kaki Lima se-Jakarta dan sekitarnya (Pandawakarta), Senin (25/1/2021).

Data menjadi langkah pertama yang penting untuk mengukur kebutuhan pelaku usaha makanan tersebut.

“Jika data yang dibutuhkan terkait dengan jumlah warteg yang terdampak bisa dikumpulkan dengan cepat dan tepat, maka proses pemberian bantuan akan cepat disalurkan,” ujar Eddy.

Selain modal, KemenkopUKM juga akan meningkatkan kemampuan SDM dan pemberdayaan pelaku usaha lewat program bapak asuh yang melibatkan BUMN dan swasta agar bisa terhubung dengan akses pasar dalam program sosial mobilisasi makan gratis yang dibiayai pemerintah/swasta.

Karena itu, lanjut Eddy, pihaknya akan mendata sebaran dan status warteg dengan cara menggandeng penyedia platform digital antara lain Wahyoo, startup teknologi yang selama ini fokus membantu meningkatkan nilai tambah warteg melalui digitalisasi.

“Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen untuk mengawal serta memastikan hadirnya solusi yang tepat, cepat, dan mudah diakses oleh para pelaku UMKM dan Koperasi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, agar segera kembali bangkit,” ujar Eddy.

CEO Wahyoo, Peter Shearer mengatakan, pihaknya selama ini membantu para pelaku usaha warung makan untuk bertransformasi ke ranah digital, meningkatkan standar protokol kesehatan, hingga membantu akses permodalan usaha.

Peter menambahkan, hampir 16 ribu warung makanan yang ada di Jakarta sudah masuk dalam ekosistem digital sehingga tidak hanya bisa melayani pesanan kebutuhan warung secara daring, namun juga pembukuan dilakukan dengan sangat sederhana, pembiayaan yang mudah, serta banyak potensi penambahan penghasilan.

“Bahkan, kita dorong mereka untuk bisa masuk ke platform seperti Gofood dan Grabfood, sampai di tahap kita berikan juga pelatihan serta strateginya”, pungkas Peter.

Ketua Kowantara, Mukroni menyatakan kurang dari separuh pedagang warteg memilih untuk pulang kampung karena pendapatannya terus menurun.

Namun, Mukroni mengklarifikasi isu yang beredar soal 20 ribu warteg telah gulung tikar adalah tidak benar. Meskipun demikian, dia berharap pemerintah bisa turun tangan untuk mendata seluruh pelaku usaha warteg agar mendapatkan gambaran utuh kondisi sebenarnya pelaku usaha warteg. (wib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button