INDOPOSCO.ID – Dari sekadar garis pantai yang tergerus abrasi, Pantai Pasir Putih Tlangoh kini menjelma menjadi destinasi wisata unggulan di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Transformasi ini tak hanya mengubah wajah pesisir, tetapi juga menggerakkan ekonomi dan harapan masyarakat Desa Tlangoh, Kecamatan Tanjung Bumi tersebut.
Anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) bidang pengembangan Pantai Pasir Putih Tlangoh, Zainudin, menuturkan bahwa pantai ini sebelumnya termasuk kawasan yang rawan abrasi.
Kondisi tersebut sempat menjadi kekhawatiran masyarakat sebelum akhirnya terjalin kerja sama melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), operator blok migas lepas pantai Madura.
“Salah satunya Pantai Pasir Putih Tlangoh ini termasuk pantai yang abrasi. Akhirnya dengan adanya MoU dengan PHE WMO, kami sepakat dan langsung ada motivasi untuk membuka wisata ini,” ujar Zainudin dalam kegiatan SKK Migas kunjungan lapangan media-PHE WMO, Senin (22/12/2025).
Motivasi tersebut semakin kuat setelah adanya bantuan teknologi Hexareef, struktur ramah lingkungan yang berfungsi mengurangi dampak abrasi pantai.
“Dengan bantuan seperti Hexareef ini, abrasi bisa dikurangi. Itu yang membuat kami berani membuka dan mengembangkan tempat wisata ini,” lanjutnya.
Pantai Pasir Putih Tlangoh mulai mencuri perhatian publik pada tahun 2020. Di tengah pandemi COVID-19, ketika banyak destinasi wisata tutup, Pantai Tlangoh justru menjadi alternatif pilihan wisatawan.
“Waktu COVID-19, tempat wisata lain tutup. Di Desa Tlangoh ini tidak ada yang namanya COVID, sehingga banyak wisatawan datang ke sini. Bahkan berendam di pantai dianggap sebagai salah satu obat,” ungkap Zainudin.
Fenomena tersebut membuat Pantai Tlangoh viral di media sosial dan terus menarik kunjungan wisatawan dari berbagai daerah. Pada masa puncak popularitasnya, jumlah pengunjung bisa mencapai ribuan orang setiap akhir pekan dan musim liburan.
Namun, viralitas semata tidak cukup untuk mempertahankan eksistensi wisata. Menurut Zainudin, pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci keberlanjutan.
“Wisata itu peluang orang datang sekali. Tapi untuk datang kedua kali itu jarang. Kalau kita memberi kesan yang baik, nanti akan menyebar dari mulut ke mulut,” jelasnya.
Dalam hal ini, PHE WMO bersama SKK Migas turut memberikan dukungan berupa pelatihan dan pemberdayaan masyarakat, bahkan dengan menghadirkan tutor nasional untuk memberikan pemahaman tentang pengelolaan wisata.
Dampak positif keberadaan wisata Pantai Tlangoh juga terasa signifikan bagi perekonomian warga. Banyak masyarakat yang sebelumnya merantau kini memilih kembali dan bekerja di desa sendiri.
“Awalnya banyak yang merantau. Dengan adanya wisata ini, mereka membuka UMKM, bekerja di parkiran, dan usaha lainnya. Sekarang merantau itu berkurang,” katanya.
Saat ini, tercatat sekitar 40 pelaku UMKM aktif beroperasi di kawasan Pantai Pasir Putih Tlangoh. Tak hanya itu, citra Desa Tlangoh pun ikut terangkat. Pada 2018, desa ini meraih penghargaan sebagai desa terbaik peringkat kedua di Kabupaten Bangkalan, salah satunya berkat pengelolaan wisata binaan Pertamina.
Ke depan, Zainudin menyadari tantangan akan semakin besar seiring munculnya destinasi wisata baru. Oleh karena itu, inovasi dan pengembangan fasilitas terus dilakukan.
“Persaingan semakin ketat. Maka kami terus berinovasi, menambah fasilitas permainan, dan memperkuat perlindungan pantai seperti Hexareef,” jelasnya.
Di akhir, Zainudin menyampaikan apresiasi atas pembinaan berkelanjutan yang diberikan oleh SKK Migas melalui PHE WMO.
“Intinya kami berterima kasih kepada SKK Migas melalui PHE WMO. Kami terus dibina untuk membangun dan mengembangkan wisata pantai ini,” tambahnya.
Kini, Pantai Pasir Putih Tlangoh bukan sekadar destinasi wisata, melainkan simbol kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan industri dalam menjaga lingkungan sekaligus menumbuhkan ekonomi desa secara berkelanjutan. (her)










