INDOPOSCO.ID – Jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia semakin bertambah. Namun, berbagai kendala masih dihadapi oleh anak-anak berkebutuhan khusus, mulai dari persoalan finansial hingga stigma sosial.
Pernyataan tersebut diungkapkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti dalam keterangan, Minggu (21/12/2025). Ia mengatakan, kendala kultural juga menempatkan ABK pada kondisi yang kurang menguntungkan.
“Kami komitmen menghadirkan layanan pendidikan khusus yang lebih baik bagi ABK, baik melalui pendidikan inklusi maupun melalui layanan sekolah luar biasa (SLB),” katanya.
Ia menyebut, salah satu layanan yang baik melalui pendidikan inklusi adalah melalui program revitalisasi satuan pendidikan, khususnya di SLB.
“Revitalisasi ini menjadi bagian dari komitmen kami memberikan layanan yang lebih baik,” katanya.
“Apa pun kondisi fisik dan keadaan intelektual, tidak boleh menjadi alasan mereka tidak mendapat hak pendidikan bermutu,” sambungnya.
Mu’ti mendorong masyarakat untuk terbuka dan menghapus stigma negatif para ABK. Menurutnya, ABK memiliki potensi menjadi anak hebat, jika potensi mereka dapat ditumbuhkan dikembangkan, salah satunya melalui jalur pendidikan layanan khusus seperti SLB.
Diketahui pada 2025, pemerintah telah melakukan revitalisasi terhadap 382 SLB di seluruh Indonesia dengan total anggaran mencapai Rp526 miliar. Tiga di antaranya merupakan pembangunan unit sekolah baru.
Sementara itu, di wilayah Jawa Barat, program Revitalisasi Satuan Pendidikan menyasar 60 SLB yang terdiri 32 SLB negeri dan 28 SLB swasta. (nas)









