INDOPOSCO.ID – Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Irene Umar meninjau proses kreatif di balik layar film animasi ‘Pelangi di Mars’ yang digarap DossGuavaXR Studio. Wamen Ekraf Irene menyoroti potensi komersialisasi dan pemasaran film tersebut. Petualangan sinematik ini akan menjadi bagian dari universe Pelangi di Mars mulai 2026.
“Kita harus pikirkan juga mau aktivasi di mana dan konsepnya seperti apa untuk film animasi Pelangi di Mars. Ada beberapa lokasi potensial untuk aktivasi Mars Experience seperti di Taman Mini, Lippo Mall Nusantara, bandara, dan stasiun kereta api,” ucap Wamen Ekraf Irene saat mengunjungi DossGuavaXR Studio, Jakarta, Jumat (5/12/2025).
Wamen Ekraf Irene mengapresiasi DossGuavaXR yang bisa mempertemukan talenta yang real dengan dukungan teknologi yang canggih. Namun potensi kreatif lainnya disebut Wamen Ekraf Irene perlu juga diaktivasi.
“Semua bisa dilakukan kolaborasi, termasuk dengan memunculkan ide pembuatan merchandise atau collectible item nantinya,” kata Wamen Ekraf Irene.
Film animasi Pelangi di Mars memanfaatkan teknologi produksi virtual yang disebut Extended Reality (XR), termasuk dinding LED untuk menciptakan latar belakang atau set tempat maupun karakter 3D yang realistis sehingga cukup menempatkan pemeran untuk live action dalam produksinya. Pendekatan proses kreatif yang dikemas DossGuavaXR Studio ini juga sering dipakai untuk iklan dan dikenal dengan istilah StageCraft sebagai bentuk teknologi efek visual yang lebih inovatif.
“Dalam produksi film animasi, kita harus tahu betul offering business modelnya seperti apa kemudian mengarahkan juga call to action sehingga fokusnya membangun eksposur Intellectual Property (IP) dari karya yang telah dibuat. Melalui lisensi, kolaborasi, dan penjajakan potensi para pembuat animasi harus bergeser ke arah prioritas eksposur IP tadi setelah melewati tantangan investasi di awal,” ungkap Wamen Ekraf Irene.
Begitu banyak tantangan yang dihadapi untuk memproduksi film animasi Pelangi di Mars sehingga sineas yang terlibat perlu adopsi teknologi baru dan menciptakan peluang lain untuk memperkenalkan serta menguatkan identitas filmnya sehingga akan diterima khalayak ramai. Selain live action shot, Pelangi di Mars juga menggarap motion picture yang menggunakan body actor.
“Progres secara teknikal film animasi Pelangi di Mars sekitar 10 persen pada tahap akhir meliputi finishing sound design, grading, animation visual effects (VFX), dan beberapa revisi bagian lain. Awalnya kami merasa sendirian dalam memulai perjalanan proses kreatif film ini sehingga terus belajar dan update knowledge dari banyak hal, termasuk memastikan film animasi ini punya market kids and family sebagai proyeksi pasaran luas,” kata Upie Guava sebagai sutradara.
“Ketika Jumbo sudah diterima masyarakat, confidence level kami makin tinggi. Begitu juga saat bertemu dengan Wamen Ekraf hari ini dengan ditawarkan beragam opportunity yang membuat kami merasa on the right track,” tambah Upie Guava yang juga pernah membuat film dokumenter terkait bencana dengan judul Kemarin produksi Mahakarya Pictures.
Film animasi Pelangi di Mars bercerita tentang manusia pertama yang lahir di Mars bernama Pelangi dan tumbuh bersama robot-robot cerdas seperti Batik, Kimchi, Petya, Sulil, dan Yoman. Mereka punya misi penting untuk menemukan mineral ajaib, Zeolit Omega yang bisa menyelamatkan bumi.
“Buat semua pejuang-pejuang kreatif, para pemimpi, dan penggagas teruslah menjadi tonggak peradaban manusia di Indonesia. Jangan lupa nonton Pelangi di Mars sebagai karya yang kami jahit dengan hati dan keseriusan. Mudah-mudahan bisa berkontribusi buat mimpi besar anak-anak Indonesia di masa depan,” tutup Upie Guava.
Saat mengunjungi DossGuavaXR Studio, Wamen Ekraf Irene Umar disambut baik oleh tim di balik layar film Pelangi di Mars seperti Dendi Reynando (produser), Ainu Rofiq (marketing and partnership), dan Alta (studio manager). (ney)









