INDOPOSCO.ID – Di tengah dinamika harga pangan yang semakin sulit diprediksi, Badan Gizi Nasional (BGN) menyerukan langkah penting, yakni memperluas variasi menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) agar program tetap stabil dan pasar tidak terguncang.
Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang mengatakan bahwa menyusul merangkaknya sejumlah harga bahan makanan yang menjadi komponen utama menu MBG, tekanan suplai mulai terasa di banyak daerah, terutama untuk komoditas sayuran dan protein hewani yang selama ini paling sering dipilih tenaga gizi SPPG. Bahkan beberapa harga pangan melonjak jauh dari kondisi normal.
“Penyediaan bahan baku MBG bisa menjadi permasalahan yang memicu inflasi. Harga wortel sudah sangat tinggi, di kisaran Rp23–25 ribu per kg, padahal sebelumnya hanya Rp12–14 ribu. Telur dan ayam potong juga ikut naik,” ujar Nanik dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (18/11/2025).
Ia menilai pola penggunaan menu yang seragam menjadi salah satu pemicu kenaikan harga. SPPG disebut enggan melakukan substitusi bahan pasca sejumlah insiden keamanan pangan, sehingga penggunaan bahan tertentu menjadi berulang dan menekan stok secara bersamaan.
“Substitusi bahan kurang dilakukan. SPPG cenderung menggunakan bahan yang aman dan itu-itu saja, sehingga komoditas tertentu langsung tertekan permintaannya,” katanya.
Dengan lebih dari 13 ribu SPPG operasional yang menyuplai kebutuhan makan bagi sekitar 43 juta penerima manfaat, keputusan pemilihan bahan baku ternyata mampu mengguncang pasar dalam skala besar. Karena itu, diversifikasi menu dinilai sebagai strategi yang tak bisa lagi ditunda.
Sebagai contoh, Nanik menyebut kentang yang tengah melimpah di sejumlah sentra produksi namun tidak terserap optimal di lapangan.
“Saya sudah meminta kepada Waka Operasional agar menginstruksikan SPPG menggunakan kentang sebagai pengganti karbohidrat sementara waktu. Tujuannya agar harga kentang terangkat dan serapan lokal meningkat,” tuturnya.
Ia juga mengingatkan bahwa beberapa pasar induk mulai mengalami penurunan suplai buah, sementara sejumlah sayuran seperti buncis, kacang panjang, wortel, dan pakcoy menunjukkan tren kenaikan harga. Kondisi tersebut mempertegas pentingnya fleksibilitas dalam menyusun menu harian.
Terlebih, kebijakan MBG memang dirancang untuk terus menyesuaikan diri mengikuti gejolak pasar dan kebutuhan di lapangan.
“Mana harga yang jatuh akan kita instruksikan untuk digunakan. Mana yang naik akan kita kurangi. Diversifikasi adalah kunci agar MBG tetap berjalan tanpa menekan pasar,” tutup Nanik.
Dengan langkah diversifikasi yang tegas dan terarah, BGN berharap program MBG tidak hanya menjaga kecukupan gizi anak bangsa, tetapi juga memperkuat denyut ekonomi lokal tanpa memicu gejolak harga. (her)









