INDOPOSCO.ID — Preferred by Nature bersama Sustainable Rice Platform (SRP), Rikolto, dan International Rice Research Institute (IRRI) resmi membuka International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025 di Jakarta. Forum internasional ini menjadi momentum penting untuk mempercepat adopsi praktik pertanian padi berkelanjutan dan rendah karbon, sejalan dengan komitmen Indonesia dalam memperkuat ketahanan pangan serta mitigasi perubahan iklim.
Budidaya padi secara global diketahui menghasilkan sekitar 1,0 gigaton CO₂e emisi gas rumah kaca setiap tahun. ISRF 2025 mengumpulkan pemangku kepentingan lintas sektor—pemerintah, lembaga riset, industri, organisasi masyarakat sipil, dan petani—untuk merumuskan solusi konkret dalam menekan emisi, meningkatkan efisiensi produksi, dan memperkuat rantai nilai beras yang lebih tangguh.
Zulkifli Hasan: Indonesia Serius Memimpin Produksi Beras Rendah Emisi
Dalam sambutan pembukaan, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa transformasi sistem pangan merupakan agenda strategis pemerintah untuk memastikan ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan.
“Indonesia berpotensi besar menjadi pusat produksi beras rendah karbon dunia. Dengan pemanfaatan teknologi, pengaturan air yang lebih efisien, serta kolaborasi multipihak seperti ISRF 2025, kita dapat memperkuat ketahanan pangan sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca,” ujar Zulkifli Hasan.
Ia menekankan bahwa dalam 1–5 tahun ke depan, pemerintah akan memperkuat produksi pangan melalui varietas unggul, mekanisasi, hingga teknologi baru dengan dukungan kemitraan internasional.
Uni Eropa Perkuat Dukungan terhadap Pertanian Berkelanjutan Indonesia
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, H.E. Denis Chaibi, menegaskan komitmen Uni Eropa dalam membantu Indonesia menciptakan produksi beras yang lebih berkelanjutan.
“Uni Eropa berkomitmen menjadi mitra tepercaya bagi Indonesia. Melalui program seperti SWITCH-Asia, kami mendorong praktik yang lebih hijau, memperkuat rantai nilai regional, serta mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ujar Chaibi.
Preferred by Nature: Solusi Beras Rendah Karbon Harus Dimulai dari Lapangan
Executive Director Preferred by Nature, Peter Feilberg, menekankan perlunya menjembatani sains, kebijakan, dan praktik lapangan.
“Beras rendah karbon bukan hanya konsep teknis, melainkan langkah nyata untuk menciptakan sistem pangan yang lebih tangguh, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga stabilitas iklim,” tutur Feilberg.
PERPADI: Efisiensi Energi dan Praktik Pertanian Lebih Baik Turunkan Emisi
Dalam sesi doorstop, Ketua Umum PERPADI, Sutarto Alimoeso, mengungkapkan bahwa pendampingan yang dilakukan melalui program bersama KRKP, Preferred by Nature, dan Uni Eropa telah menunjukkan hasil signifikan.
“Lebih dari 75 penggilingan padi kecil telah beralih dari diesel ke listrik, yang berdampak langsung pada penurunan emisi dan biaya operasional,” ujar Sutarto.
Ia juga menyoroti beberapa langkah penting yang telah diadopsi petani dan penggilingan, antara lain:
• penerapan teknik AWD (Alternate Wetting and Drying) untuk menekan emisi metana,
• rasionalisasi pupuk sesuai kebutuhan tanah,
• penghentian praktik pembakaran jerami, serta
• pemanfaatan sekam sebagai bahan organik maupun energi terbarukan.
Menurutnya, praktik-praktik tersebut membuka peluang besar bagi kelompok tani untuk masuk ke skema kredit karbon di masa mendatang.
ISRF 2025: Mengakselerasi Transformasi Sistem Perberasan Indonesia
ISRF 2025 menjadi tonggak penting dalam mendorong:
• praktik budidaya rendah emisi,
• transisi energi di penggilingan padi,
• adopsi inovasi digital dan teknologi pengairan,
• akses pembiayaan hijau, serta
• penyelarasan kebijakan pangan nasional dan internasional.
Melalui kolaborasi global dan komitmen nasional yang kuat, Indonesia memperkuat posisinya sebagai pemimpin transformasi sistem perberasan rendah karbon di tingkat dunia. (srv)









