INDOPOSCO.ID – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) harus bertindak cepat, tetapi juga bijaksana, untuk menyelesaikan akar masalah kasus bullying atau perundungan di sekolah.
Pernyataan tersebut diungkapkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti dalam keterangan, Sabtu (15/11/2025). Ia menyebut, penyebab perundungan bisa disebabkan banyak faktor kompleks.
“Perundungan disebabkan seperti ketidakseimbangan kekuasaan antarsiswa, kurangnya pengawasan saat jam istirahat, dan komunikasi yang lemah antara sekolah, keluarga, dan komunitas,” terangnya.
Ia mengatakan, Kemendikdasmen telah membentuk tim psikososial untuk memberikan konseling psikologis dan aktivitas pembinaan kepercayaan diri bagi murid. Sekolah juga didorong untuk berkoordinasi lebih cepat dalam menangani kasus perundungan, memastikan tidak ada korban yang terabaikan.
Namun, lanjut dia, langkah darurat hanyalah permulaan. Kemendikdasmen menyadari bahwa perundungan membutuhkan solusi berkelanjutan. “Sebelumnya di 2023 telah diterbitkan peraturan menteri tentang pencegahan kekerasan di sekolah. Regulasi tersebut akan kami sempurnakan dengan pendekatan humanis dan partisipatif di masa mendatang,” ungkapnya.
Ia mengatakan, bahwa penyempurnaan yang dimaksud dengan melibatkan murid, guru, dan keluarga dalam merumuskan solusi. Seperti, murid, misalnya, diajak merancang program pencegahan, memberi mereka rasa memiliki terhadap lingkungan sekolah yang aman.
Lalu, masih ujar dia, Kemendikdasmen terus mendorong upaya penguatan komunikasi antara murid dengan keluarga. Dan, semua guru akan menjadi wali siswa, bertanggung jawab atas bimbingan akademik dan konseling emosional.
“Ada pelatihan bimbingan dan konseling (BK) tidak terbatas hanya pada guru BK, tetapi juga menyasar guru kelas dan guru mata pelajaran lainnya,” bebernya.
“Upaya tersebut menjadi bagian dari strategi membangun sistem pendidikan yang tidak hanya menekankan aspek akademis, tetapi juga kesehatan psikososial murid,” imbuhnya.
Diketahui, Kemendikdasmen langsung bergerak dengan respons darurat, terutama setelah kasus di SMA Negeri 72 Jakarta menjadi sorotan pasca kejadian ledakan yang terjadi 7 November 2025 lalu. (nas)









