INDOPOSCO.ID – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat mengingatkan peran keberagaman sebagai modal sosial (social capital) guna menjawab tantangan global melalui kolaborasi antar individu lintas batas.
“Sebagaimana saya katakan tadi, diversity atau keberagaman adalah sebuah anugerah ya bagi kita semua, sebagai modal untuk hidup lebih harmonis dalam semua bidang. Jadi, keberagaman itu sebagai social capital untuk hidup yang lebih baik, lebih harmonis,” kata Wamendikdasmen setelah menutup International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy (ICCCRL) atau Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) 2025 di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Oleh karena itu, ia menilai masyarakat Indonesia hari ini memerlukan lebih banyak ruang berbagi literasi keberagaman, khususnya seputar keagamaan lintas budaya agar dapat menumbuhkan sikap empati dan tenggang rasa dalam melihat perbedaan di tengah arus globalisasi.
“Di sinilah literasi agama lintas budaya menemukan urgensi strategisnya. Literasi agama lintas budaya bukan sekadar pengetahuan tentqang ritual dan doktrin agama lain, melainkan kompetensi untuk berempati, terlibat secara kritis dan konstruktif, serta mendengarkan secara mendalam,” imbuhnya.
Atip menilai konferensi tersebut menjadi salah satu bentuk nyata dari “Partisipasi Semesta” yang digaungkan oleh Kemendikdasmen.
“Pertemuan ini menegaskan kembali keyakinan kami bahwa mencapai dunia yang damai, saling menghormati, dan bermartabat harus melibatkan semua pemangku kepentingan,” katanya.
Sebagai pesan kunci untuk menutup konferensi internasional tersebut, ia mengutip kalimat penyair kenamaan Jalaluddin Rumi.
“As Jalaluddin Rumi said, beyond right and wrong, there is a field, I’ll meet you there. That is the essence of this conference, creating a space of encounter beyond prejudice,” ujar Atip.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Kemendikdasmen RI) dan Institut Leimena menggelar ICCCRL atau Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas pada tanggal 11-12 November 2025.
Konferensi Internasional LKLB dihadiri lebih dari 200 peserta dari 20 negara, yaitu Austria, Denmark, Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Belanda, Swiss, Inggris, Finlandia, Uzbekistan, Bahama, Bulgaria, serta negara-negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Laos, Filipina, Myanmar, dan Kamboja.
Para peserta merupakan pejabat pemerintah, akademisi, tokoh agama, pimpinan lembaga internasional, serta para guru alumni program LKLB dari berbagai provinsi di Indonesia.
Tema yang diangkat pada tahun ini ialah Education and Social Trust in Multifaith and Multicultural Societies guna menegaskan peran penting pendidikan dalam membangun sikap saling percaya di dalam masyarakat multiagama dan multikultural. (ney)









