INDOPOSCO.ID – Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean mencurigai adanya rekayasa di balik kasus bahan bakar Pertalite bercampur air yang viral di Jawa Timur.
Ia menduga, peristiwa tersebut tidak murni terjadi karena kesalahan teknis, melainkan ada pihak tertentu untuk membangun opini negatif terhadap Pertamina.
Menurut Ferdinand, kecurigaannya muncul sejak awal munculnya kasus bahan bakar minyak (BBM) oplosan dan pembatasan impor stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) asing. Narasi buruknya kualitas bahan bakar Pertamina kerap dihembuskan secara masif dan sistematis di media sosial (Medsos).
“Saya melihat ada upaya sistematis untuk membangun persepsi publik seolah-olah BBM Pertamina bermasalah,” ujar Ferdinand dalam keterangan, Minggu (2/11/2025).
Diketahui, kasus ini bermula saat video viral di media sosial dan laporan motor mogok di Surabaya. Peristiwa tersebut terjadi setelah kendaraan mengisi BBM jenis Pertalite di beberapa SPBU. Termasuk pejabat publik setempat yang melakukan sidak, namun diduga sampel BBM tersebut berasal dari luar SPBU.
“Yang aneh, justru banyak sampel yang ditemukan di luar SPBU menggunakan botol air mineral, padahal itu cara pengambilan yang tidak benar,” jelasnya.
Ia menambahkan, pengambilan sampel dengan botol plastik bekas air minum bisa menyebabkan sisa air mencemari bahan bakar. “Pihak kepolisian harus menyelidiki kasus ini secara tuntas,” ucapnya.
Ia juga meminta agar kepolisian memanggil konsumen yang kendaraannya mogok juga memeriksa bengkel yang menangani motor tersebut. Serta mengambil sampel langsung dari SPBU tempat pengisian bahan bakar.
“Kita harus tahu, apakah benar sumbernya dari SPBU Pertamina atau ada pihak lain yang bermain,” katanya.
Dia menegaskan dirinya tidak percaya jika produk BBM Pertamina buruk atau bercampur air. “Saya sudah puluhan tahun memakai BBM Pertamina, kendaraan saya tidak pernah bermasalah. Kenapa baru sekarang ramai? Jangan-jangan ini siasat dagang dari kompetitor SPBU Pertamina,” ujarnya.
Ia mendesak Pertamina agar membawa kasus ini ke ranah hukum, dan pihak-pihak yang diduga melakukan rekayasa dilaporkan kepada aparat penegak hukum. “Supaya jelas siapa yang bermain dan agar masyarakat tidak terus disuguhi opini menyesatkan,” ucapnya.(nas)









