• Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers
indoposco.id
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
indoposco.id
No Result
Lihat Semua
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
  • Koran
Home Ekonomi

Emas, Aset Klasik yang Kembali Jadi Primadona Gen Z

Folber Siallagan Editor Folber Siallagan
Kamis, 16 Oktober 2025 - 22:52
in Ekonomi
emas

Ilustrasi - Karyawan menunjukkan sampel emas batangan di Butik Emas Antam Setiabudi One, Jakarta, Rabu (15/10/2025). Foto: ANTARA

Share on FacebookShare on Twitter

INDOPOSCO.ID – Fenomena antrean panjang di gerai-gerai penjualan logam mulia PT Antam belakangan ini menjadi pemandangan yang menarik. Dari kalangan ibu rumah tangga hingga anak muda milenial dan Gen Z, semua rela datang sejak subuh demi mendapatkan si kuning berkilau yang kini harganya kian melambung.

Menurut pemerhati investasi, Anggie Fitrani, tren ini bukan sekadar gaya hidup atau sensasi viral semata.

BacaJuga:

Kolaborasi Kemenekraf dan AMKA Animation Hadirkan Bali Animation Film Market 2025

PGE Perluas Pemahaman Publik tentang Panas Bumi

FWD Insurance Ajak Masyarakat Rayakan Hidup dengan Cara Unik Lewat #PlayMyWay

“Emas merupakan aset safe haven, atau aset penyelamat yang mampu menjaga nilai kekayaan di tengah ketidakpastian ekonomi global,” ujar Anggie, kepada INDOPOSCO, Kamis (16/10/2025).

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) pun tak bisa dihindari. Di era digital yang serba cepat ini, apa pun yang viral akan segera diburu.

“Mulai dari boneka Labubu hingga logam mulia PT Antam, semuanya menjadi incaran. Banyak orang rela antre sejak dini hari hanya untuk memastikan mereka tidak ketinggalan,” jelasnya.

Sejak ribuan tahun lalu, emas telah menjadi simbol kekayaan dan kekuasaan. Di Mesir Kuno (2600 Sebelum Masehi/SM), emas digunakan sebagai perhiasan, mata uang, dan simbol kekuasaan para firaun. Sementara dalam peradaban Inca dan Aztec (1000 SM – 1500 M), emas menjadi bagian penting dalam ritual keagamaan dan lambang kejayaan.

Tradisi serupa berlanjut di Romawi Kuno (100 SM – 500 M) dan Abad Pertengahan (500 – 1500 M), di mana emas digunakan sebagai mata uang dan simbol kemegahan kerajaan. Tak heran jika hingga kini, logam mulia itu tetap dipandang sebagai aset paling berharga dan stabil.

anggi
Anggie Fitrani, pemerhati investasi yang juga mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Interstudi (Stikom) Insterstudi Jakarta. Foto: Istimewa

Kenaikan harga emas pun seolah menjadi cermin kondisi global. Mari menengok ke belakang: pada tahun 1990, harga emas hanya sekitar Rp22.964 per gram. Tahun 2000, melonjak menjadi Rp85 ribu per gram, dan pada 2020 mencapai Rp862 ribu per gram. Kini, di penghujung 2025, harga emas hampir menembus Rp3 juta per gram – sebuah rekor fantastis.

Namun, Anggie mengingatkan tren kenaikan ini bukan semata kabar gembira. “Ketika harga emas terus naik, biasanya kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja. Emas menjadi pelarian ketika masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap sistem keuangan atau khawatir akan krisis,” tutur mahasiswi Pascasarjana Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Interstudi Jakarta itu.

Fenomena trust issue terhadap perbankan dan kondisi ekonomi turut memperkuat gelombang investasi emas. Banyak masyarakat mencairkan tabungan atau deposito untuk dialihkan ke emas, terutama logam mulia produksi Antam yang tengah naik daun.

Selain bentuknya yang elegan, adanya barcode keaslian membuat logam mulia ini semakin diminati. “Konsumen kini lebih percaya diri karena bisa memverifikasi langsung keaslian produk mereka. Hal ini membuat emas bukan hanya aset investasi, tapi juga bagian dari lifestyle baru,” jelas Anggie.

Emas selalu memiliki daya tarik yang sulit ditolak – baik sebagai simbol status, alat investasi, maupun pelindung nilai kekayaan. Di tengah derasnya arus informasi dan tren digital, logam mulia ini tetap bersinar sebagai pilihan rasional dan emosional.

Dan seperti kata Anggie Fitrani, “Emas mungkin kecil bentuknya, tapi nilainya besar, bukan hanya dalam angka, tapi juga dalam rasa aman yang diberikannya.” (her)

Tags: Anggie FitraniemasGen Z
Berita Sebelumnya

Bank Jakarta Raih Penghargaan Regional Banking ESG Excellence Award 2025

Berita Berikutnya

Hasil Super League: Main Efektif, Madura United Bekuk Dewa United 0-2

Berita Terkait.

amka
Ekonomi

Kolaborasi Kemenekraf dan AMKA Animation Hadirkan Bali Animation Film Market 2025

Minggu, 21 Desember 2025 - 17:55
WhatsApp Image 2025-12-20 at 19.47.05
Ekonomi

PGE Perluas Pemahaman Publik tentang Panas Bumi

Sabtu, 20 Desember 2025 - 20:16
fwd
Ekonomi

FWD Insurance Ajak Masyarakat Rayakan Hidup dengan Cara Unik Lewat #PlayMyWay

Sabtu, 20 Desember 2025 - 10:33
dipa
Ekonomi

Kinerja Moncer Geo Dipa 2025, Rating ESG Naik dan Proyek Strategis Berjalan

Jumat, 19 Desember 2025 - 23:03
purbaya
Ekonomi

Menkeu: Dana Bencana Sumatera Aman, APBN 2026 Siapkan Rp 60 T

Jumat, 19 Desember 2025 - 22:12
bagus
Ekonomi

Holding UMKM Expo 2025, Jalan Baru Usaha Mikro Indonesia Menembus Pasar Dunia

Jumat, 19 Desember 2025 - 21:01
Berita Berikutnya
alexis

Hasil Super League: Main Efektif, Madura United Bekuk Dewa United 0-2

  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.

No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.