• Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Koran
indoposco.id
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
indoposco.id
No Result
Lihat Semua
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
  • Koran
Home Nasional

Perempuan Tani HKTI Ingatkan Pentingnya Keterbukaan Data Beras

Redaksi Editor Redaksi
Minggu, 14 Maret 2021 - 22:12
in Nasional
Ketua Umum Perempuan Tani HKTI, Dian Novita Susanto.

Ketua Umum Perempuan Tani HKTI, Dian Novita Susanto.

Share on FacebookShare on Twitter

INDOPOSCO.ID – Perempuan Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (Perempuan Tani HKTI) mengingatkan kembali terkait dokumen nawacita Presiden Joko Widodo yang menjadikan kedaulatan pangan sebagai salah satu program prioritas.

Seperti diketahui, anggaran dari Kementerian Pertanian (Kementan) pun naik berkali-kali lipat, bahkan yang tertinggi sepanjang sejarah Republik ini. Berturut-turut 2014 (14,23 Triliun), 2015 (32,72 Triliun), 2016 (27,72 Triliun) 2017 (24,22 Triliun), 2018 (24,03 Triliun), 2019 (21,71 Triliun).

BacaJuga:

Ada ‘Titik Lemah’ di Pesantren, Darunnajah Bongkar Tantangan Besar yang Harus Diatasi Pemerintah

ASUS Hadirkan Laptop Bisnis Ringan, Tangguh dan Aman

Pengadilan California Utara Setujui HYBE untuk Informasi Identitas Pengguna Medsos dengan Target Seventeen

“Periode kedua, Jokowi masih tetap menempatkan sektor pertanian menjadi prioritas, terutama komoditas pangan yang masih diimpor dalam jumlah besar seperti jagung, kedelai, dan beras (untuk beras tahun 2020 tidak terjadi impor) dan komoditas lainnya yang jumlah impornya masih jutaan,” ungkap Ketua Umum Perempuan Tani HKTI, Dian Novita Susanto.

Dian menjelaskan, alokasi APBN pun untuk sektor ini masih cukup besar 2020 (21,05), dan 2021 (15,51 Triliun).

Dalam Rakernas Pembangunan Pertanian 2021 pada 11 Januari lalu Joko Widodo kembali mengingatkan para Menteri terkait, terutaman Kementan untuk terus berkordinasi dan mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat untuk menjadikan Indonesia berdaulat pangan bahkan menjadi pemain pangan dunia. Terkhusus beras, Jokowi meminta agar keberhasilan tahun 2020 yang tidak ada impor beras untuk dipertahankan.

Menurut Dian, awal Maret 2021, publik terutama petani dikagetkan dengan rencana pemerintah Indonesia yang akan mengimpor beras yang jumlahnya sampai 1 juta ton. Padahal Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras periode Januari-April 2021 cukup tinggi, diangka 14,54 juta ton artinya meningkat 26,84 persen dibandingkan produksi beras periode yang sama tahun 2020 yang hanya 11,46 juta ton. BPS juga menghitung panen raya dibulan yang sama ± 4,8 juta ton beras.

“Dengan cepat rencana kebijakan tersebut mendapatkan reaksi dari petani, akademisi dan praktisi pertanian, dan berbagai organisasi non pemerintah yang fokus pada pertanian menyuarakan penolakannya. Argumentasi mereka didasarkan pada waktu panen raya yang sudah mulai dan puncaknya April dan berdampak pada harga gabah dilapangan sebab tidak semua gabah petani terserap oleh Bulog. Jelas impor ini akan merugikan petani,” ujar Dian.

Masih Tergantung Impor

Dian yang dilantik sebagai Ketua Umum Perempuan Tani HKTI oleh Moeldoko ini menbeberkan dalam sejarah pemerintahan Indonesia, komoditas beras menjadi prioritas utama. Dalam hal ini, strategi kebijakan beras Indonesia berfokus pada upaya meningkatkan produksi dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.

“Beras tidak hanya komoditas strategis dalam arti pembangunan nasional karena sebagai bahan pangan utama yang harus tersedia dalam jumlah banyak dan sumber pendapatan serta lapangan kerja khususnya di pedesaan. Namun beras di Indonesia sudah menjadi komoditas politik yang berdimensi kompleks,” jelas Dian.

Meskipun kontribusi pertanian di masa pandemic Covid-19 ini tumbuh positif dan berkontribusi pada ekonomi nasional, impor beras yang kemungkinan besar akan dilakukan pada 2021. Jika Kembali kebelakang, memang pemerintahan Jokowi tercatat melakukan beberapa kali kebijakan impor beras, tahun 2015 mengimpor 861 ribu ton, tahun 2016 meningkat menjadi 1.28 juta ton, tahun 2017 mengimpor 305 ribu ton, dan puncaknya di tahun 2018 2,25 juta ton, tahun 2019 mengimpor 444 ribu ton, turun drastis sekitar 80,3 persen dari tahun sebelumnya. Praktis Indonesia hanya berhenti mengimpor tahun 2020.

Kebijakan impor beras di Indonesia melibatkan sejumlah lembaga atau kementerian terkait, antara lain: Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Badan Usaha Logistik (Bulog), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Kebijakan impor beras pada masa pemerintahan Joko Widodo diwarnai pro dan kontra antara lembaga-lembaga tersebut. Masing-masing memiliki perbedaan data yang saling kontra produktif sehingga menjadi polemik berkepanjangan terkait impor beras.

Kebijakan impor beras juga terkadang menimbulkan pro dan kontra antar sejumlah lembaga terkait, mengindikasikan secara kuat bahwa kebijakan impor beras tidak didukung pada analisis data yang akurat melalui kajian akademik.

Sebaliknya, kebijakan impor beras lebih bersifat politik terkait pertarungan kepentingan antar kelompok atau aktor yang terlibat yaitu Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Bulog, DPR dan BPS. Asumsi dasar bahwa kebijakan impor beras dinilai sebagai kompetisi aktor untuk memenangkan kepentingannya. Asumsi dasar ini didasarkan pada perbedaan ketersediaan beras yang berbeda antar instansi terkait.

Dalam menganalisis kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah maka poin utama yang menjadi perhatian adalah proses pengambilan kebijakan itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam tiap pengambilan kebijakan suatu negara terdapat pertarungan antara kelompok-kelompok kepentingan baik dalam pemerintahan maupun yang bertindak sebagai kelompok penekan.

Pemerintah dalam hal ini, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Badan Usaha Logistik (Bulog), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menjadi representasi kepentingan nasional. Di sisi lain ada asosiasi petani beras yang mewakili kepentingan mereka masing-masing. Dengan demikian, kompleksnya hubungan dan kepentingan tentunya menciptakan pro dan kontra dalam kebijakan impor beras. Terlebih lagi, tidak ada adanya sinkronisasi antara data.

Pentingnya Keterbukaan Data

Oleh sebab itu, Dian mengungkapkan penting bagi stakeholder terkait, melalui Kemenko Perekonomian mengkordinasikan persoalan ini dengan Kementan, Kemendag, Bulog, BPS termasuk DPR RI dengan duduk bersama dan membuka data ril produksi, cadangan beras, kebutuhan dan harga.

“Transparnasi diperlukan agar tidak ada kebijakan impor yang salah. Artinya impor hanya dilakukan manakala cadangan tidak mencukupi dan sekali lagi tidak dilakukan saat sedang panen raya. Jadi pemerintah perlu berhati-hati sebelum memutuskan impor karena petani akan sangat terkena dampaknya. Kalaupun cadangan beras pemerintah dan atau bulog dirasa tidak cukup, dibulan September bisa dilakukan karena biasanya produksi mulai menurun,” ujarnya.

Dan jika ternyata stok cukup, kebijakan impor untuk apa dan siapa? Karena sangat bertolak belakang dengan semangat Presiden Joko Widodo yang menyerukan harus berdaulat pangan dan mensejahterakan petani. (ibs)

Tags: DataBerasKementanPerempuanTaniHKTI
Berita Sebelumnya

Pelaku Video Viral ‘Parakan 01′ Diamankan Polisi

Berita Berikutnya

Enam Pembongkar Makam Korban Covid di Parepare Ditangkap

Berita Terkait.

santri
Nasional

Ada ‘Titik Lemah’ di Pesantren, Darunnajah Bongkar Tantangan Besar yang Harus Diatasi Pemerintah

Jumat, 28 November 2025 - 16:16
ASUS
Nasional

ASUS Hadirkan Laptop Bisnis Ringan, Tangguh dan Aman

Jumat, 28 November 2025 - 13:13
KPOP
Nasional

Pengadilan California Utara Setujui HYBE untuk Informasi Identitas Pengguna Medsos dengan Target Seventeen

Jumat, 28 November 2025 - 12:12
DD
Nasional

LKC Dompet Dhuafa Tumbuh Sehat Bermanfaat, Kukuhkan Komitmen Layanan Kesehatan Berkelanjutan

Jumat, 28 November 2025 - 10:58
kh-sofwan-manaf
Nasional

Dorong Kemandirian Ekonomi, Ponpes Darunnajah Tekankan Urgensi Ditjen Pesantren

Jumat, 28 November 2025 - 09:01
bahlil
Nasional

Bahlil: Penambahan Kuota LPG 3 kg Untuk Nataru Tak Tambah Beban APBN

Jumat, 28 November 2025 - 07:07
Berita Berikutnya
Enam Pembongkar Makam Korban Covid di Parepare Ditangkap

Enam Pembongkar Makam Korban Covid di Parepare Ditangkap

BERITA POPULER

  • dedi

    Dedi Mulyadi: Siswa Masuk Barak Militer Bukan Latihan Perang, Bantu Kesehatan Mental

    757 shares
    Share 303 Tweet 189
  • From Villages to Schools: Wilmar Ensures Clean Water for Future Generations

    686 shares
    Share 274 Tweet 172
  • Dari Desa ke Sekolah: Wilmar Pastikan Air Bersih untuk Generasi Masa Depan

    669 shares
    Share 268 Tweet 167
  • Terpuruk di Liga, Persis Solo Diam-Diam Siapkan Sesuatu yang Mengejutkan

    996 shares
    Share 398 Tweet 249
  • Persik vs Semen Padang: Macan Putih siap Mental, Kabau Sirah punya Momentum

    665 shares
    Share 266 Tweet 166
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.

No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.