Andra Soni, Anak Petani yang Ingin Wujudkan Banten Maju dan Adil
INDOPOSCO.ID – Andra Soni berasal dari keluarga petani di Payakumbuh, Sumatera Barat. Andra meniti karier politiknya benar-benar dari bawah. Politikus Partai Gerindra ini telah merasakan pahit dan getirnya kehidupan sejak kecil.
Andra kecil hidup di tengah kondisi ekonomi yang serba terbatas. Hal ini memaksa orang tuanya alih profesi menjadi kuli bangunan di Pekanbaru, Riau saat Andra berusia balita.
Karena ingin mengubah nasib, orang tua Andra kemudian merantau ke Negeri Jiran Malaysia sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal, dengan bekerja sebagai buruh tani di kebun sawit.
Politikus yang lahir pada 12 Agustus 1976 ini mendapat kesempatan sekolah dari Pemerintah Malaysia meski berstatus anak TKI ilegal. Andra kemudian masuk ke sekolah setara Sekolah Dasar (SD).
Setelah tamat dari SD, Andra harus menghadapi hambatan dan tantangan baru. Dia tak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang setara Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malaysia lantaran dokumennya tak lengkap.
Kondisi itulah yang mendorong Andra bersama kakaknya kembali ke Tanah Air dan tinggal di Ciledug, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Semasa SMP, Andra mengalami kesulitan ekonomi untuk berangkat sekolah.
Kendala ongkos pulang-pergi sekolah dan uang jajan seadanya membuat Andra kerap menumpang bermalam di kediaman teman sekolahnya.
“Penyebab saya enggak bisa pulang itu kehabisan ongkos, ditawarin nginep. Namanya ditawarin nginep, mau. Kamarnya ada, kasurnya, sarapannya,” ujarnya sebagaimana dikutip dari laman resmi DPRD Banten.
Anak kelima dari enam bersaudara ini mengaku beruntung karena pemilik rumah tersebut ternyata Raden Muhidin Wiranata Kusuma, putra dari Raden Aria Adipati Wiranata Kusuma, Mendagri RI pertama.
“Itu bapak angkat saya. Dia yang melanjutkan saya sekolah sampai saya lulus SMA,” tuturnya.
Setelah lulus SMA, Andra melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Andra lagi-lagi mengalami kesulitan untuk membayar uang kuliah. Andra akhirnya memilih bekerja sambil menyisihkan gaji untuk biaya kuliah.
Andra Soni akhirnya berhasil menjadi mahasiswa STIE Bakti Pembangunan program Diploma III, meski dia membayar uang kuliahnya dengan cara menyicil.
Dalam kesibukan kuliah sambil bekerja, Andra kembali dihadapkan dengan masalah karena perusahaan tempatnya bekerja terdampak krisis moneter. Andra lalu memutar otak untuk tetap menghasilkan uang hingga akhirnya bekerja sebagai pengantar surat.