Sistem Keroyokan di Palopo Berhasil Turunkan Angka Stunting dalam Waktu Singkat

INDOPOSCO.ID – Kunjungan kerja Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dokter Hasto di Kota Palopo, Sulawesi Selatan sangat berkesan.
Wajah bahagia tamu dan tuan rumah terus terpancar hingga lokasi ‘Kick off Intervensi Serentak Pencegahan Stunting’ di Posyandu Nuri, Kelurahan Penggoli, Kecamatan Wara Utara, pada Selasa (11/6/2024).
Kota Palopo yang berhasil menurunkan angka prevalensi stunting hingga 1,9 persen (menurut data EPPGBM) menjadi kabar menggembirakan. Angka tersebut mengalahkan kota-kota besar di pulau Jawa.
“September 2023 kasus stuntingnya 228, setelah itu digerakkan dengan Bapak Asuh anak Stunting (BAAS).
“Kota ini unik, tidak luas, penduduknya 190.000, dari ujung ke ujung setengah jam sudah tercapai. Namun, yang saya agak merinding ternyata jumlah perguruan tingginya lebih dari 15. Ini luar biasa,” ujar dokter Hasto yang pada kunjungan kali ini didampingi Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah Khusus dr. Fajar Fidawati, MKM., serta jajaran BKKBN Pusat dan Perwakilan BKKBN Sulawesi Selatan.
Kunjungan ke Palopo merupakan yang pertama bagi dokter Hasto. Dia juga memberikan apresiasi tinggi pada TNI, POLRI, PNS, gotong-royong itu kekuatan yang besar. Bahkan kota Palopo memiliki slogan ‘Kota Idaman’ karena dalam waktu singkat dapat menurunkan angka stunting yang saat ini tinggal 78 kasus.
Pada kesempatan tersebut, dokter Hasto mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Wali Kota, Ketua TPPKK, Sekda, jajaran forkompinda, para kader, posyandu, para Tim Penggerak Keluarga, bidan, Penyuluh KB, PKK, Babinsa, Babinkamtibmas.
“Semua ikut bergerak untuk membagi makanan untuk masyarakat risiko stunting,” tukasnya.
Dokter Hasto menyebut tidak sulit untuk mencegah lahirnya stunting baru di Palopo. Dari jumlah 190.000 penduduk, menurut Pendataan Keluarga BKKBN, setiap tahun rata-rata ada sekitar 3.520 orang hamil.
“Sehingga setiap bulannya kira-kira ada 250 lebih orang hamil, per harinya tidak sampai 10 kehamilan baru. Dari situ Tim Pendamping Keluarga bersiap mengukur panjang badan bayi baru lahir, kurang dari 48cm berarti risiko stunting (harus diintervensi),” papar dokter Hasto.
Ia juga menekankan pentingnya pre konsepsi terhadap para calon pengantin. Bahkan menariknya, Palopo menggratiskan semua pemeriksaan pra nikah di Puskesmas.
“Untuk laki-laki, persiapannya 75 hari sebelum menikah, mengurangi rokok, mengurangi alkohol, karena keduanya bersifat toxic (bagi kualitas sperma). Harapan kami untuk mencegah stunting baru, itu yang harus dilakukan,” jelas dokter Hasto.
Pada kesempatan yang sama, Pj. Wali Kota Palopo, Asrul Sani, menyebutkan jumlah Keluarga Risiko Stunting (KRS) di Palopo sebanyak 6.178 keluarga, sudah intervensi, dilakukan pendampingan oleh TPK 4.348 keluarga.
“Di kota kami bahkan sudah ada 12 kelurahan yang zero stunting, ini berkat kolaborasi kerjasama baik itu unsur forkompinda, unsur pemda, perguruan tinggi, instansi swasta. Karena ini menyangkut masa depannya bangsa kita,” kata Asrul.
Sekda Palopo, Drs. H. Firmanza DP, SH, M.Si, melaporkan bahwa intervensi serentak penurunan stunting di Palopo, menyasar sejumlah 12.537 balita, yang dijadwalkan pada 1-25 Juni 2024 di 154 Posyandu. Diketahui, sampai tanggal 8 Juni 2024, kegiatan ini telah dilaksanakan di 41 posyandu pada 2.804 anak (22,3 persen).
“Telah dilaksanakan pendataan ibu hamil, calon pengantin, dan balita. Selain itu juga dilakukan pendampingan dan layanan kesehatan terhadap ibu hamil, catin, dan balita di Posyandu,” ujar Firmanza. (ney)