Nusantara

Komunitas Lingkungan Soroti Krisis Air Bersih Ambon

INDOPOSCO.ID – Sejumlah komunitas peduli lingkungan di Provinsi Maluku, yaitu The Mulung serta Moluccas Coastal Care menyoroti kondisi krisis air bersih yang saat ini mulai melanda beberapa wilayah Kota Ambon.

“Tidak bisa dipungkiri salah satu penyebabnya juga adalah sampah. Apalagi susah sekali di Kota Ambon ada sungai yang bersih dari sampah,” tutur pendiri The Mulung, Olyvia Jasso seperti dikutip Antara Jumat (27/8/2021).

Dia menilai, apabila masyarakat tidak segera memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan, maka penyerapan air akan terhambat. Apabila tidak ada kesadaran serta penanggulangan yang baik dari sekarang, maka diprediksi 30 tahun ke depan Ambon akan kesulitan air bersih.

“Jika masyarakat masih buang sampah sembarangan, lalu timbun atau tanam sampah kan nanti membatasi penyerapan air,” ucapnya.

Untuk mempertahankan air bersih, dia menjelaskan The Mulung secara rutin melakukan aksi pembersihan sampah baik di sungai, ataupun di pesisir pantai.” Karena bicara air bersih itu tidak lain dari (masalah) sampah, hutan, juga pohon,” tuturnya.

Tidak hanya itu, dia berharap warga lebih bijak lagi menggunakan air dan menjaga lingkungan agar tetap bersih. “Mulai saat ini, pintar-pintar menggunakan air. Sekarang mungkin kita belum merasakan dampaknya, tetapi di beberapa daerah itu sudah sangat merasakannya,” tuturnya

Ketua Moluccas Coastal Care (MCC), Stefani Teria Salhuteru menjelaskan beberapa daerah di Kota Ambon saat ini telah kekurangan air bersih. Kondisi itu terjadi di daerah Kuda Mati, Mangga Dua, serta Gunung Nona. “Kita belum melakukan penelitian, tetapi yang saya dengar dari mereka, kalau air bersih sudah berkurang, tidak sama dengan dulu lagi,” ucapnya.

Menurutnya, komunitas MCC rutin melakukan aksi penanaman pohon untuk penyelamatan air bersih. “Pohon memiliki akar untuk menyerap serta menyimpan cadangan air. Jadi ini solusi dari kita supaya air bersih tetap terjaga,” ucapnya.

Kegiatan ini berlangsung sejak 2019 lalu sampai sekarang, dan dinamakan dengan program “Tree of Hope”. MCC sendiri punya cara mengajak masyarakat untuk menanam pohon, yaitu dengan cara membawa beberapa jenis bibit pohon di dalam mobil pick up, kemudian menggunakan toa dan mengajak masyarakat ikut berpartisipasi. “Jadi, kita tidak memberi cuma-cuma, namun mengajak melalui toa, supaya yang datang pun adalah memang benar- benar yang mau dan berkomitmen,” tuturnya.

Teria berharap, pemerintah punya ketegasan untuk mengupayakan bagaimana pun caranya agar hutan-hutan lindung tetap terjaga. “Karena komunitas juga sudah bergerak, tapi kalau pemerintah tidak buat apa- apa, tetap bakalan lama,” tuturnya. (mg2/wib)

Back to top button