Banyak Keluhan Sistem PPDB Error, DPRD Banten: Menyakiti Masyarakat

INDOPOSCO.ID – Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten, Ria Mahdia Fitri mengaku banyak menerima keluahan tentang sistem Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) dari masyarakat.
Bahkan, tidak sedikit calon wali murid yang rela menunggu masuk ke website untuk mendaftar hingga 12 jam. Keluhan itu ditemukan di wilayah Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
“Iya banyak yang dikeluhkan, saya hampir setiap hari nerima keluhan ada yang 12 jam daftar online di Tangsel,” katanya saat ditemui usai rapat paripurna, Rabu (23/9/2021).
Menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten harus serius dalam menjalankan sistem PPDB. Mengingat, hal ini menyangkut generasi anak Banten.
“Jadi kita ini harus diperbaiki sistem. Mudah-mudahan kami mitra Kominfo ini bisa memperbaiki sistem, mengenai website satu bisa dipakai se Provinsi Banten,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, pengawasan terhadap penyelenggara sistem dalam hal ini Dinas Kominfo, telah dilakukan. Bahkan pada rapat, sistem untuk PPDB diklaim siap 100 persen. Namun faktanya saat ini ditemukan masalah-masah teknis.
Menurut dia, seharusnya pihak penyelenggarn jujur dengan kekurangannya. Sehingga dapat diusulkan penambahan Bandwidth.
“Kami upaya mengawasi, kami pernah beberapa kali rapat dengan Kominfo, kami siapkan kesiapan mereka menjelang PPDB, jawaban mereka siap sudah 100 persen. Kalau mereka ada keterbukaan kekurangan Bandwidth mau nambah, itu bisa diusulkan. Tapi mereka bilangnya kami sudah siap, kita bisa apa, kita sekedar mengawasi,” ungkapnya.
Ria tidak dapat membayangan terhadap calon siswa yang kurang mampu dalam ekonomi dan tidak memiliki akses internet di rumahnya. Artinya, calon murid harus bolak-balik ke warung internet (warnet) hanya untuk mendaftar.
Atas kejadian ini, pihaknya meyakini errornya sistem PPDB dapat meluakai masyarakat. Sebab daftar sistem online yang harusnya mempermudah, malah menjadi sulit karena traffic penuh.
“Bayangkan, kalau dia orang kaya memiliki internet di rumah, punya akses wifi. Tapi kalau tidak punya harus bolak balik ke warnet berjam-jam hanya untuk daftar tapi tidak berhasil,” terangnya.
“Kesalahannya ada di kita, bukan di masyarakat. Mereka antusias mendaftar, kita belum siap sistemnya. Mudah-mudahan tahun depan tidak seperti ini. Saya meyakini, ini sangat menyakiti dan merugikan masyarakat,” tambahnya.
Jika situasi sistem tak kunjung lancar, pihaknya mengusulkan penyelenggara dapat memperpanjang pendaftaran. Selain itu, bisa juga dilakukan pendaftaran manual di sekolah dengan catatan tidak ada kursi untuk peserta titipan.
“Lebih baik balik ke manual, tapi hati-hati jangan sampai dimanfaatkan oleh beberapa oknum. Sehingga ada adegan nanti kursi ini mikik siapa, sudah menjadi (titipan),” pungkasnya. (son)