INDOPOSCO.ID – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menegaskan, komitmen Indonesia dalam memperkuat posisi nasional di sektor mineral strategis, khususnya industri tanah jarang (rare earth elements). Salah satunya melalui penguasaan teknologi, riset, dan kolaborasi lintas sektor.
“Penguasaan teknologi nasional dalam pengolahan unsur tanah jarang (rare earth elements) sangat penting, sebagai langkah strategis untuk memperkuat kedaulatan industri dan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global,” ujar Brian dalam keterangan, Selasa (14/10/2025).
Indonesia telah lama dikenal sebagai negara dengan sumber mineral yang melimpah, termasuk nikel, timah, tembaga, dan bauksit. Dari sumber daya tersebut, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam unsur tanah jarang. Namun, sebagian besar potensi ini selama ini masih diekspor sebagai bahan mentah atau belum dimanfaatkan secara optimal.
“Industri tanah jarang adalah sektor yang kompleks dan sangat kompetitif. Tantangan kita mencakup penguasaan teknologi, volatilitas pasar, serta tuntutan keberlanjutan lingkungan,” terangnya.
“Namun di balik tantangan itu, tersimpan peluang besar. Dengan kekayaan sumber daya alam, talenta manusia, dan komitmen terhadap inovasi, Indonesia memiliki peluang nyata menjadi pemimpin global dalam industri mineral kritis dan teknologi energi masa depan,” sambung Brian.
Ia menekankan bahwa pengembangan rantai nilai industri tanah jarang di dalam negeri akan memperkuat ekonomi nasional. Industrialisasi tidak boleh berhenti pada tahap downstreaming semata.
Tetapi, lanjutnya, harus melahirkan industri manufaktur yang mampu memanfaatkan bahan tanah jarang secara langsung. Seperti produksi magnet permanen, material energi, dan komponen teknologi tinggi.
Transformasi besar ini, menurutnya, tidak dapat dijalankan hanya dengan pendekatan top down. Keberhasilan pembangunan industri tanah jarang membutuhkan kolaborasi erat antara industri, akademisi, masyarakat lokal, dan pembuat kebijakan.
“Perjalanan ini bukan semata tentang menggali unsur tanah jarang. Ini adalah perjalanan membangun kapasitas nasional, industri sains, dan teknologi,” jelasnya.
“Tentang bagaimana sumber daya alam dapat diubah menjadi pengetahuan, produk, dan lapangan pekerjaan, serta memastikan kemajuan ekonomi berjalan seiring dengan tanggung jawab lingkungan dan keadilan sosial,” imbuhnya.
Kemendiktisaintek memainkan peran strategis dalam mendukung transformasi ekosistem riset dan inovasi nasional. Melalui berbagai kebijakan dan program, mendorong penguatan kapasitas penelitian di perguruan tinggi, fasilitasi kolaborasi antara kampus, lembaga riset, dan industri, serta akselerasi hilirisasi teknologi.
“Kami mengajak para teknolog, profesor, ilmuwan, pengusaha, investor, dan pembuat kebijakan untuk berkontribusi aktif dalam tujuan besar ini,” ujarnya.
Diketahui, konferensi International Process Metallurgy Conference 2025 (IPMC 2025) merupakan konferensi ilmiah internasional 2 tahunan. Dalam konferensi ini mempertemukan akademisi, peneliti, pelaku industri, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara untuk membahas kemajuan riset dan inovasi di bidang proses metalurgi. (nas)