Nasional

Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lewat Pengembangan Riset dari Lingkungan Kampus

INDOPOSCO.ID – Perguruan tinggi harus menjadi sebagai sumber penelitian dan inovasi industri. Ini banyak ditemukan di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Pernyataan tersebut diungkapkan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto dalam keterangan, Sabtu (14/6/2025).

Brian mengatakan, tidak ada bangsa yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa industri yang kuat. Dan industri tidak akan tumbuh tanpa riset dan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dari perguruan tinggi.

Brian menyampaikan sejumlah indikator terkait pembangunan manusia sesuai arahan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) menuju visi Indonesia Emas 2045.

Di antaranya, lanjut Brian, meningkatkan pendapatan per kapita menjadi sama dengan negara berpenghasilan tinggi, menurunkan jumlah masyarakat miskin secara signifikan, meningkatkan kepemimpinan dan pengaruh dunia internasional, serta meningkatkan daya saing SDM.

“Ini relevan dengan bagaimana kita bisa mengadopsi sains dan teknologi untuk meningkatkan sektor ekonomi di negara kita,” jelas Brian.

Brian menjelaskan, sejak 2000 lalu pertumbuhan ekonomi terbesar didorong oleh inovasi dan teknologi. Untuk itu dibutuhkan rencana strategis dengan kolaborasi intensif bersama industri dan perguruan tinggi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi di atas angka 8 persen.

“Sumber pertumbuhan ekonomi di negara berpenghasilan tinggi seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok berasal dari penelitian dan inovasi yang dilakukan di perguruan tinggi,” ungkapnya.

“Contohnya, Samsung Electronics dari Seoul National University, serta Mitsubishi dari University of Tokyo,” sambungnya.

Ia menekankan bahwa pemerintah daerah perlu juga mengikutsertakan para ahli dari perguruan tinggi setempat untuk meningkatkan kinerja daerah. Hal ini juga dapat meningkatkan peran peneliti sesuai kemampuan mereka.

Diketahui berdasarkan data dari World Development Report 2024 menunjukkan bahwa Indonesia masih harus meningkatkan kapasitas risetnya sebanyak sekitar 10 kali lipat, yakni menyediakan sekitar 4.000 peneliti untuk setiap 1 juta masyarakat, supaya bisa setara dengan kapasitas riset negara berpenghasilan tinggi.

“Keadaan negara sangat tergantung dengan bagaimana kita bisa memahami dan menciptakan sains dan teknologi untuk masyarakat kita,” katanya.

“Semua ini terkait riset, inovasi, dan bagaimana kita menghasilkan SDM bermutu tinggi,” imbuh Brian. (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button