Kemenkes Ungkap Tantangan Masalah Gizi di Indonesia, Singgung Pola Makan Usia Muda

INDOPOSCO.ID – Direktur Jenderal (Dirjen) Kesehatan Primer dan Komunitas Kementerian Kesehatan dr. Maria Endang Sumiwi mengatakan, tantangan di bidang gizi semakin kompleks dan beragam, termasuk masalah gizi kurang, kekurangan mikronutrien, serta overweight atau obesitas.
“Indonesia mengalami tiga masalah besar terkait gizi, yaitu gizi kurang (undernutrition), kekurangan mikronutrien, dan obesitas. Salah satu masalah yang signifikan adalah stunting pada balita mencapai 21,5 persen, sehingga berpengaruh langsung terhadap kualitas sumber daya manusia kita,” kata Maria Endang dalam konferensi pers Hari Gizi Nasional di gedung Kemenkes, Jakarta dikutip, Rabu (22/1/2025).
Masalah gizi kurang pada balita tercatat 8,5 persen, sedangkan anemia pada remaja mencapai 16,3 persen dan anemia pada ibu hamil 27,7 persen. Diketahui satu dari lima remaja di Indonesia alami anemia karena kekurangan zat besi.
“Masalah perilaku kebiasaan di rumah. Ada banyak faktor penyebab anemia, namun saat ini bertebaran iklan komersil yang jadi tandingan makanan sehat,” ujar Maria.
Saat ini, pemerintah memberikan makanan bergizi ke sekolah. Tentu harapannya bisa menekan kasus anemia. “Nanti kita berharap anemia remaja puteri turun karena ada asupan makanan bergizi di sekolah,” harapnya.
Selain itu, obesitas pada remaja tercatat 12,1 persen, sedangkan obesitas pada orang dewasa juga menjadi perhatian serius. Di sisi lain, pola makan masyarakat Indonesia saat ini memunculkan kekhawatiran tersendiri. Konsumsi protein hewani pada balita masih rendah, yakni hanya 21,6 persen.
Sementara konsumsi minuman manis tinggi mencapai 52 persen, makanan asin 32 persen, makanan instan 11 persen, dan penggunaan penyedap rasa tercatat 78 persen. Bahkan, 65 persen masyarakat Indonesia cenderung tidak sarapan setiap hari.
Menurutnya, data tersebut menunjukkan tantangan meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia masih sangat besar. Salah satu, upaya penting adalah mengurangi konsumsi makanan dan minuman mengandung banyak gula, garam, dan lemak serta meningkatkan konsumsi makanan bergizi seimbang.
“Kita perlu memberikan prioritas pada pola makan yang bergizi seimbang, terutama bagi anak-anak. Gizi seimbang sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan,” imbuh Maria.
Makanan bergizi seimbang harus mencakup beragam jenis makanan, termasuk sayur dan buah, serta lauk kaya protein. Masyarakat juga perlu mengurangi konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak secara berlebihan, serta membiasakan sarapan dan cukup minum air putih setiap hari.(dan)