Sambangi Sukabumi, Mensos Boyong Bocah Penderita Hidrosefalus ke Jakarta

INDOPOSCO.ID – Rosita tak kuasa menahan air matanya. Ia terharu, malam ini, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini hadir di rumahnya yang sederhana di Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (7/1/2022).
Risma, sapaan Mensos hadir untuk mengetahui dari dekat kondisi anak kedua Rosita, M. Parhan Kulyubi yang tergolek di tempat tidur karena mengalami hidrosefalus.
Baca juga: Jalan Panjang Mensos ke Lokasi Banjir Padang Lawas di Tahun Baru
Dengan duduk di atas karpet, Mensos mulai berbincang dengan Rosita, orang tuanya dan anggota keluarga. Mensos bertanya tentang kondisi Parhan dan riwayat pengobatannya. Ini termasuk juga bagaimana Rosita banting tulang menghidupi keluarga.
Rosita menceritakan kondisinya sebagai orang tua tunggal dari dua anak. Sehari-hari, perempuan 36 tahun itu bekerja sebagai buruh cuci motor dekat rumah, dan terkadang mengojek. “Saya nyuci motor bu. Kadang-kadang juga ngojek,” katanya kepada Risma.
Tuntutan untuk menghidupi keluarganya dengan bekerja di luar rumah, membuat anak pertamanya Silvi Puspasari (14), harus menunggui adiknya, Parhan Kulyubi (4).
“Ibu minta apa? Bekerja yang ibu bisa sambil menunggui anak?” Mensos bertanya. “Ya bantuan warung saja bu,” jawab Rosita.
“Ya saya bantu. Nanti rumahnya direnovasi untuk usaha warung. Saya bantu juga ternak ayam petelur ya. Jadi nanti telurnya bisa untuk dimakan,” ujar Risma.
Kepada Mensos, Rosita menyadari hal berbeda pada putranya pada saat Parhan berusia lima bulan. Saat pemeriksaan rutin di Posyandu, dan diukur lingkar kepalanya, Parhan kedapatan ukuran kepalanya di atas normal.
Petugas Posyandu menyarankan agar Rosita memeriksakan Parhan ke Puskesmas atau rumah sakit. “Saya pernah membawa Parhan berobat dan sudah pernah dioperasi pada saat berusia 14 bulan,” ujar Rosita.
Menurut hasil pemeriksaan dokter, ditemukan adanya cairan di kepala Parhan padq 2019. Selanjutnya, Rosita merasakan ada yang berbeda dari fisik putranya, seperti timbulnya bercak putih-putih pada kornea mata.
Pengobatan Parhan kemudian tidak bisa berlanjut lantaran terkendala biaya. “Kartu BPJS saya diblokir karena menunggak,” katanya. Atas keterangan Rosita dan keluarga dekat, Risma meminta aparat desa dan dinas sosial memastikan nama Rosita masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) agar bisa mendapatkan bantuan sosial.
“Kita akan berikan bantuan sosial PKH dan BPNT. Kemudian juga diberikan modal usaha warung,” tandas Risma.
Dalam pertemuan tersebut, keluarga juga menyetujui tawaran Mensos yang akan memboyong atau membawa Parhan ke Jakarta, untuk menjalani pengobatan dan terapi. “Parhan masih bisa disembuhkan. Harus cepat diobati,” kata Mensos.
Melalui Balai Phala Martha Sukabumi, Kemensos telah melakukan sejumlah langkah intervensi untuk membantu Rosita. Yakni dengan memberikan bantuan ATENSI berupa dukungan pemenuhan hidup layak seperti beras, telur, minyak, kecap, tepung terigu, kacang hijau, gula merah, susu, biskuit, makanan ringan, kasur, selimut, bantal dan mainan anak.
Balai Phala Martha juga memberikan dukungan psikososial kepada Rosita agar tetap semangat, dan tabah dalam menjalani segala tantangan. Petugas balai juga berkoordinasi dengan desa dan kecamatan untuk pengaktifan kembali BPJS yang sudah diblokir, dan dengan perawat dan dokter terkait kebutuhan pengobatan yang terbaik untuk Parhan.(dan)