Nasional

Pidato Jokowi soal Deforestasi di COP26 Dinilai Berisi False Claim

INDOPOSCO.ID – Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mengkritik pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal krisis iklim di forum COP26 Glasgow. Lantaran tidak menyebutkan peran masyarakat adat dalam menghadapi kriris iklim.

Menurut Project Manager AMAN, Monica Kristiani Ndoen, pidato yang disampaikan Jokowi dalam dalam KTT Perubahan Iklim tersebut tidak ada hal baru. Padahal sejumlah negara justru menekankan peran penting masyarakat adat.

“Kita tahu Jokowi tidak ada sama sekali menyebutkan (peran masyarakat adat) itu, malah fokus pada carbon market, carbon pricing, dan istilah ekosistem mobil listrik, lucu juga kalau didengar,” kata Monica dalam keterangan virtual di YouTube Walhi dilihat, Rabu (3/11/2021).

Sejumlah negara justru menyebutkan tentang peran penting masyarakat adat ketika berbicara krisis iklim. Sebut saja seperti negara, Bolivia, Britania Raya, Norwegia, Jerman, Amerika Serikat, Belanda dan negara lainnya.

“Ini berbanding terbalik, di pidato itu sendiri tidak menyebutkan, bahwa ada peran besar masyarakat adat dalam menjaga stok karbon di wilayah adat,” sesal Monica.

Kontribusi masyarakat adat juga sangat penting untuk menjaga emisi karbon, menjaga wilayah adat dan kelestarian alam. Itu semua tidak disampaikan Jokowi dalam forum KTT Perubahan iklim.

“Kecewa pasti, tapi sebenarnya ini sudah terbaca,” ucap Monica.

Pidato Jokowi dinilai banyak berisi false claim, soal pencapaian pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis iklim. Klaim itu seperti penurunan deforestasi, kebakaran hutan, dan rehabilitasi sangat berbanding terbalik dengan yang terjadi di wilayah adat.

“Kita tahu masyarakat adat di Kinipan, Kalimantan Tengah. Itu pohon adat yanh luas, pohonnya besar-besar justru ditebang habis sama perusahaan sawit,” bebernya. Ia mempertanyakan data yang disampaikan dalam pidato tersebut.

Presiden Jokowi dalam pidatonya menegaskan komitmen kuat Indonesia dalam membantu menangani perubahan iklim yang terus memburuk.

Bahkan menyampaikan, rencana Indonesia mencapai nol emisi seperti restorasi hutan hingga memaparkan capaian terkait kebakaran hutan yang diklaim turun signifikan dan terendah dalam 20 tahun terakhir.

“Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir,” ucao Jokowi.

Kebakaran hutan juga turun 82 persen di tahun 2020. Indonesia juga telah memulai rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektare sampai 2024, terluas di dunia.

“Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara tahun 2010-2019. Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia kan mencapai karbon nett selambatnya tahun 2030,” tambahnya.(dan)

Back to top button