Akademisi Sarankan Vaksinasi Anak Disesuaikan Tingkat Paparan di Daerah

INDOPOSCO.ID – Akselerasi vaksinasi masih digenjot pemerintah dalam rangka ikhtiar melawan pandemi Covid-19. Vaksin diyakini membuat tubuh semakin kebal dari serang vorus corona.
Target suntik vaksin agar mencapai 70 penduduk dari Indonesia. Sasaran vaksinasi kepada masyarakat remaja, dewasa, dan lansia. Bahkan saat ini, diwacanakan juga untuk anak yang berumur dari 6 sampai 11 tahun.
Akademisi Universitas Serang Raya (Unsera), Ahmad Sururi menilai, proses penyuntikan terhadap anak berumur 6 sampai 11 tahun disesuaikan dengan jumlah paparan anak di daerah.
Menurutnya, anak tidak perlu diberi vaksinasi jika di suatu daerah tidak ada yang tertular. Hal itu untuk meminimalisir adanya resiko dari vaksin.
“Berdasarkan pemetaan wilayah perlu dilihat juga, apakah bisa vaksinasi ke anak usia 6 tahun. Jangan sampai ada pro kontra di kalangan orang tua. Kalau trennya menunjukkan anak tidak terkena, pilihannya jangan dulu vakinasi ini. Kalau tinggi, harus dilakukan vaksinasi. Jadi lihat tren wilayahnya,” katanya saat dihubungi, Rabu (3/11/2021).
Ia menjelaskan, berdasarkan data memang ada anak yang jadi korban penularan Covid-19. Namun yang harus dipastikan, hasil uji klinis vaksin untuk anak dibuka secara transparan kepada publik.
Sehingga dapat meyakinkan orangtua dan menimbulkan kepercayaan vaksin anak aman. Mengingat hingga saat ini, vaksinasi masih menimbulkan pro dan kontra. Masyarakat yang berada di pedesaan yang kurang mendapatkan informasi, masih ragu-ragu untuk divaksin.
“Datanya memang menunjukkan usia 6 sampai 12 ada (yang terpapar). Ini masih uji klinis atau apa? Kalau berdasarkan kebutuhannya bisa dilakukan vaksinasi kalau anaknya sehat, tidak ada penyakit bawaan,” jelasnya.
Kemudian, edukasi dan informasi kepada masyarakat harus digalakkan. Sebab, karakter masyarakat di Indonesia harus ada contoh atau model. Seperti peluncuran vaksinasi yang diberikan pertama kali kepada Presiden Joko Widodo.
Pasca dari percontohan itu, kepercayaan masyarakat berangsur semakin baik. Meskipun sampai saat ini, masih ada saja masyarakat yang tidak mau divaksin.
“Pendekatan komunikasi publiknya harus dilakukan terus menerus, terutama melibatkan guru di sekolah. Urgensinya kan anak divaksin untuk aktivitas di sekolah. maka yang paling mengetahui kondisi selain orantua, para guru,” ungkapnya.
Selain itu, seluruh elemen harus sama-sama mensosialisasikan manfaat vaksin, dengan menggandeng tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan para guru.
“Kemudian kita harus mendukung vaksinasi dalam konteks keselamatan dan kesehatan. Bisa melibatkan beberapa pihak, tokoh masyarakat dan pemuda. Perlu divaksin tapi tetap disiplin prokes,” ujarnya. (son)