Peralihan Pandemi Jadi Epidemi Tidak Boleh Abai Prokes

INDOPOSCO.ID – Pemerintah telah mewacanakan peralihan status Covid-19 dari pandemi menuju epidemi. Hal itu seiring dengan melandainya penularan virus corona di masyarakat. Ditambah, masyarakat sudah antusias mengikuti vaksinasi.
Pengamat kebijakan publik, Harist Hijrah Wicaksana mengatakan, sejauh ini data angka kasus Covid-19 mengalami penurunan yang signifikan. Indonesia dinilai telah keluar dari badai Covid-19.
“Angka penularan covid rata-rata cuma 1,4 persen kalau data yang saya lihat, itu jauh di bawah ambang batas WHO (organisasi kesehatan dunia) yaitu 5 persen kalau nggak salah. Itu artinya sudah sangat baik,” katanya saat dihubungi, Ahad (19/9/2021).
Ia menerangkan, aktivitas masyarakat di ruang publik saat ini dapat dipantau melalui PeduliLindungi. Selain itu, masyarakat sudah jenuh atau bisan dengan pandemi yang menghantui Indonesia sekira dua tahun.
Atas kondisi itu, menjadi pendorong faktor meningkatnya masyarakat antusias mengikuti vaksinasi. Sehingga kekebalan tubuh secara kelompok berhasil dibentuk.
“Selama dua tahun ini kita sudah jenuh dan masyarakat sudah lebih baik bersahabat dengan covid. Artinya imun sudah terbentuk, sudah cocok bukan pandemi lagi tapi epidemi,” terangnya.
Menurut Harist, sebetulnya Indonesia sudah telah merencanakan peralihan pandemi menuju epidemi. Jika mengaca ke Eropa, mereka sudah bersahabat dengan Covid-19. Bahkan mereka sadar dan paham dalam mencegahnya. Hal itu dibuktikan dengan pagelaran piala Eropa yang penontonnya sudah tidak menggunakan masker.
“Indonesia sebetulnya sudah telat, negara lain wilayah Eropa sudah selesai dengan covid. Piala, liga Eropa sudah digelar dan penonton tidak pakai masker. Ini langkah pemerintah sudah efektif dan efesien,” paparnya.
Di sisi lain, pihaknya khawatir dengan adanya oknum yang melakukan konspirasi demi bisnis dan keuntungan dari situasi ini. Sehingga Indonesia nantinya dilanda serangan Covid-19 gelombang ketiga.
“Tapi yang dikhawatirkan, ada konspirasi yang akan dipelihara oleh permainan konspirasi dunia dna harus diwaspadai dengan gelombang covid selanjutnya, kita khawatir ada gelombang covid ketiga,” ucapnya.
Kendati, peralihan status epidemi tidak boleh melengahkan masyarakat untuk abai terhadap protokol kesehatan (prokes). Pemerintah diminta menyiapkan formulasi pencegahan Covid-19.
“Memang dalam epidemi bukan kembali normal, tapi menyesuaikan. Diharapkan pemerintah menangani dan menangani layanan dasar masyarakat. Sudah harus dibiasakan kebijakan taktis. Karena sejauh ini masih kaku terhadap kebijakan anggaran, masih pada penyerapan dan habis anggaran,” jelasnya.
Terlebih sampai saat ini, tidak sedikit masyarakat terlebih khusus di pedesaan yang masih enggan disuntik vaksin. Mengaca pada pengalamannya, masyarakat harus di iming-imingi bantuan sembako, baru memiliki keinginan divaksin.
“Kalau karakter negara kita bervariasi, saya mau mengadakan vaksinasi bekerja sama dengan stekholder, ketika mengundang mereka nanya begini ‘divaksin dapat sembako nggak’. Kalau ditawari vaksin nggak mau, tapi kalau dikasih sembako, mau divaksin,” ungkapnya.
Perlu ada kolaborasi dengan seluruh stekholder, terutama dengan tokoh masyarakat dan para ulama dalam menyelenggarakan vaksinasi. Sebab pada dasarnya, karakteristik masyarakat Indonesia patsun pada tokoh-tokoh agama.
“Masyarakat lebih pada patronisasi. Pemerintah harus menggandeng tokoh masyarakat, sehingga masyarakat percaya.Tapi ada juga fakta mereka taku jarum buat disuntik. Semua elemen harus bergabung dan memberi contoh,” pungkasnya. (son)