Pertanyaan Survei Lingkungan Belajar Jangan Bermuatan SARA

INDOPOSCO.ID – Desain Survei Lingkungan Belajar (DSLB) dalam Asesmen Nasional (AN) untuk para guru dan kepala sekoah menuai polemik. Pasalnya, dalam survei yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Riset, Teknologi (Kemendikbudristek) tersebut dinilai bermuatan SARA.
Anggota Komisi X DPR Fraksi Demokrat Debby Kurniawan menilai, Desain Survei Lingkungan Belajar (DSLB) dalam Asesmen Nasional (AN), khususunya terhadap Kepala Sekolah dan Guru sangat tendensius dan bermuatan SARA.
“Kami mengingatkan Kemdikbudristek agar membuat survei yang tidak bersifat tendensius kepada guru dan kepala sekolah,” kata Debby Kurniawan di melalui gawai, Senin (26/7/2021).
Dia mengatakan, sebaiknya dalam survei tersebut dimasukkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan ke-Indonesia-an serta kesepahaman atas kearifan lokal yang ada. Sehingga, bisa berkontribusi menciptakan harmoni dalam proses belajar-mengajar.
“Kami sangat menyayangkan variabel-variabel dan pertanyaan dalam survei untuk guru dan kepala sekolah ini,” ujarnya.
Menurut dia, pertanyaan dan variabel dalam survei lingkungan belajar untuk guru dan kepala sekolah tersebut harus dicabut dan dievaluasi. Sebab bisa menjadi pelunturan atas karakter bangsa.
Ia menyebut, beberapa pertanyaan yang terkesan tidak relevan di antaranya, Laki-laki lebih perlu meraih pendidikan yang tinggi daripada perempuan? Kemudian, presiden lebih baik dijabat seorang laki-laki daripada perempuan?
Lalu ada pula pertanyaan lain, Di dalam organisasi perempuan lebih baik berperan sebagai pendukung (seperti wakil atau sekretaris) daripada menjadi ketua? Ada juga pertanyaan, Saya lebih senang mengajar dan membimbing siswa yang berlatar belakang etnis sama dengan saya?
Kemudian, ada juga pertanyaan, guru dari etnis minoritas harus merasa bersyukur jika bisa mengajar di sekolah negeri? Dalam pemilihan Kepala Daerah dan Presiden, saya hanya mau mendukung calon yang beragama sama dengan saya?
Ia menjelaskan, evaluasi terhadap mutu pendidikan haruslah berifat holistik dengan mengedepankan pendidikan karakter yang bercirikan karakter religius, cinta kebersihan dan lingkungan, jujur (dalam kata dan perbutan), peduli serta cinta Tanah Air.
“Assessment nasional melalui survei lingkungan belajar ini terobosan yang baik. Tapi harus ada pedoman dalam pelaksanaannya,” tegasnya.
“Agar bisa memecahkan permasalahan perbedaan dengan cara damai dan tidak mencari kambing hitam atas perbedaan. Dan berpijak pada kesepahaman atas kearifan lokal, sehingga karakter menutup diri, mengasingkan diri, saling mencerca atas perbedaan tidak ada dalam lingkungan sekolah,” imbuhnya. (nas)