Menilik Relasi Kinerja Sektor Pertanian dan Kepercayaan Publik

Oleh: Fajar Rahman M, Pranata Humas di Kementerian Pertanian RI
INDOPOSCO.ID – Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam membangun perekonomian mandiri di suatu daerah. Bahkan sektor ini jadi sektor utama dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional. Terbukti, pertanian tumbuh positif di tengah melemahnya ekonomi global akibat pandemi Covid 19 berkepanjangan.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pertanian pada kuartal IV 2020 tumbuh sebesar 2,59 persen secara year on year (yoy). Lalu pada kuartal I-2021, sektor pertanian juga tumbuh meyakinkan dengan angka 2,95 persen.
Mengenai hal ini, peran pertanian terhadap tingkat kepercayaan publik memang tak bisa dianggap remeh. Karena itu pertanian selalu menjadi program utama bagi sejumlah pimpinan daerah. Mereka menjadikan sektor tersebut sebagai sektor paling berperan dalam masa karirnya selama menjadi kepala daerah.
Syahrul Yasin Limpo adalah salah satunya. Orang Bugis yang kini dipercaya Presiden Joko Widodo jadi Menteri Pertanian ini adalah Gubernur Sulawesi Selatan 2 periode sejak 8 April 2008 hingga 8 April 2018. Dalam rangkaian karirnya, Syahrul mengaku bahwa sektor pertanian merupakan kunci sukses dalam meniti karir dari waktu ke waktu.
“Semua prestasi prestasi saya selalu dekat dengan masalah pertanian,” katanya.
Syahrul memang luar biasa. Semasa Gubernur, ia dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menerima penghargaan berkelas Bintang Maha Putera Utama. Sebuah apresiasi dari negara yang tidak sembarang orang mendapatkannya. Kenapa? sebab Syahrul dianggap mampu memenuhi pangan untuk 17 provinsi. Luar biasa.
Dari Jawa Timur, Gubernur Soekarwo saat itu mengeluarkan kebijakan pangan dengan merevitalisasi dan penyediaan infrastruktur pertanian. Menurut Pakde, demikian ia biasa disapa, kebijakan tersebut merupakan prioritas program kerja jangka panjang untuk menjadikan Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional.
Sebagai langkah kongkrit, Pakde menganggarkan dana subsidi sebesar Rp 5-10 miliar/kabupaten kota/tahun. Kemudian membangun Bank UMKM khusus menampung hasil pertanian para petani di Jatim dan mencegah petani berhubungan langsung dengan tengkulak.
Bukan hanya itu saja, Pakde bahkan menerbitkan 14 Peraturan Daerah (Perda) yang diperuntukan untuk melindungi petani. Salah satu dari 14 Perda yang dikeluarkan yaitu soal larangan hortikultura impor di Jatim. Soekarwo beralasan produk impor bila dibebaskan masuk ke Jatim, maka harga komoditas hortikultura lokal akan jatuh.
“Saya tidak pernah ragu memberikan subsidi transportasi untuk pertanian. Ini dilakukan untuk menekan on farm pertanian agar menghasilkan produk bernilai tambah saat produk pertanian itu dijual,” katanya.
Sebagaimana Syahrul Yasin Limpo di Sulawesi Selatan, Pakde Soekarwo juga merupkan Gubernur 2 Periode Jawa Timur yang terhitung sejak 12 Februari 2009 hingga 12 Februari 2019.
Masih dari seksinya sektor pertanian, tetangga Pakde, yakni Gubernur Jawa Tengah 2 Periode, Ganjar Pranowo merupakan sosok pemimpin sukses atas berbagai kebijakan pertanian.
Tercatat, Ganjar merupakan sosok pemimpin daerah yang memberikan kontribusi besar atas lahirnya Kartu tani terbaik se-Indonesia pada tahun 2009. Kartu tani tersebut dinilai sukses karena mampu mengimplementasikan penyaluran pupuk bersubsidi, yang total transaksinta terupload melalui RDKK (e-RDKK), terdapat 2,8 juta orang petani di Jawa Tengah yang memegang kartu tersebut dengan total transaksi dari Januari-Agustus 2019 mencapai 119.329 transaksi.
Gubernur Ganjar juga terus menggencarkan pembangkitan ekonomi desa melalui formula pembangunan sektor pertanian, perkebunan, hortikukultura dan perikanan. Bahkan, kata Ganjar, Pemprov Jateng mencoba membina agar ada stimulan ekonomi yang dapat berputar secara signifikan terutama bagi warga yang terdampak Covid-19.
Di Jawa Barat, Gubernur Ridwan Kamil memfokuskan program kerjanya terhadap penerapam teknologi, digitalisasi dan mekanisasi pertanian. Dengan begitu, diharpkan pertanian Jawa Barat semakin maju, mandiri dan modern.
“Saya ingin 2021 pertaniannya enggak konvensional, saya ingin teknologi,” katanya.
Apalagi, Kang Emil menyebut sektor ekonomi di Jabar terbukti merupakan yang paling tangguh terhadap ancaman dan gejolak berbagai krisis akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan.
Karena itu, dalam setiap pelantikan pejabat utama di Jabar, Emil kerap menitipkam pesan agar mereka yang baru mampu membangun pertanian secara baik. Hal itulah yang juga disampaikan kepada Pasangan Herman Suherman dan TB Mulyana Syahrudin hang kini menjadi Bupati dan Wakil Bupati Cianjur hasil Pilkada Serentak 2020.
“Maksimalkan pertanian di Kabupaten Cianjur. Jangan ada satu jengkal tanah yang tidak menjadi manfaat dalam ketahanan pangan,” katanya.
Sama seperti kepala daerah lainya, Ridwan Kamil adalah sosok pemimpin berprestasi, terutama soal kedekatanya dengan sektor pertanian. Dia adalah Wali Kota Bandung yang menjabat sejak 16 September 2013 sampai 4 September 2018. Kemudian menang menjadi Gubernur sejak 5 September 2018.
Soal dekatnya peran pertanian dengan tingkat kepercayaan publik juga terjadi di Provinsi Lampung. Gubernur Arinal Djunaidi merupakan sosok dibalik suksesnya para petani dalam memenuhu kebutuhan pupuk subsidi melalui Kartu Tani Berjaya. Peluncuran kartu tersebut dinilai sudaj sejalan dengan peogram strategis Kementerian Pertanian, yakni Kartu Tani berbasis Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
Dalam kesempatannya, Arinal mengatakan bahwa sektor pertanian adalah mandat rakyat yang harus dijaga dan dibangun bersama untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal dan nasional. Dalam hal ini Provinsi Lampung memiliki banyak komoditas unggulan, antara lain padi, jagung, ubi kayu, nanas, pisang dan kopi.
Melihat sekelumit rekam jejak para pemimpin daerah tersebut, maka pertanian dan pemenuhan pangan adalah titik krusial, indikator keberhasilan pembangunan. Investasi dan saham yang sangat signifikan, tidak saja bagi mereka yang memiliki target politik jangka panjang, tapi, meminjam ungkapan Presiden Soekarno, karena pangan menyangkut soal “mati-hidupnya” bangsa kita di kemudian hari. (*)