Internasional

Mantan Presiden Aljazair Bouteflika Wafat di Usia 84

INDOPOSCO.ID – Mantan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika meninggal dunia pada usia 84, kata kantor kepresidenan pada Jumat (17/9), setelah lebih dari dua tahun ia mengundurkan diri karena tekanan protes massa dan tentara.

Bouteflika, seorang veteran perang kemerdekaan Aljazair, memerintah negara Afrika Utara itu selama 2 dekade sebelum mengundurkan diri pada April 2019, setelah unjuk rasa jalanan yang menyangkal rencananya mencalonkan diri untuk masa jabatan kelima.

Ia jarang terlihat di depan umum sebelum lengser sejak stroke pada 2013.

Setelah pengunduran diri Bouteflika, dalam upaya mengakhiri protes yang menuntut pembaruan politik dan ekonomi, pihak berhak meluncurkan penyelidikan korupsi yang belum sempat terjadi sebelumnya, yang menimbulkan pemenjaraan beberapa pejabat senior, termasuk kerabat dan penasihat Bouteflika yang kokoh, Said. Said dipenjara selama 15 tahun atas dakwaan yang mencakup berkomplot melawan negara.

Setelah kemerdekaan Aljazair dari Prancis pada 1962, mantan presiden Bouteflika menjadi menteri luar negeri pertama Aljazair dan figur mempengaruhi dalam Aksi Non- Blok yang memberikan suara global ke Afrika, Asia dan Amerika Latin.

Sebagai presiden Majelis Umum PBB, Bouteflika mengundang mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat berpidato di badan itu pada 1974, suatu tahap bersejarah menuju pengakuan internasional atas peperangan Palestina.

Ia juga menuntut supaya China diberi bangku di PBB, dan mencerca pemerintahan apartheid di Afrika Selatan.

Ia mengupayakan negara- negara pascapenjajahan, menantang apa yang ia amati sebagai hegemoni Amerika Serikat dan membantu negaranya menjadi bibit idealisme 1960- an.

Ia juga menyongsong Che Guevara, dan Nelson Mandela belia mendapatkan penataran pembibitan pertamanya di Aljazair. Black Panther Eldridge Cleaver, dalam pelarian dari polisi AS, diberi proteksi.

Pada awal 1980-an, Bouteflika diasingkan setelah kematian mantan Presiden Houari Boumediene dan menetap di Dubai, di mana ia menjadi penasihat anggota keluarga penguasa Uni Emirat Arab itu.

Dia kembali ke negaranya pada 1990-an ketika Aljazair sedang dilanda perang antara tentara dan militan Islam bersenjata yang menewaskan sedikitnya 200.000 orang.

Terpilih sebagai presiden pada 1999, ia sukses membincangkan penghentian senjata dengan golongan Islamis dan meluncurkan cara perdamaian nasional yang membolehkan negara itu memulihkan perdamaian.

Bouteflika bergabung dalam perang kemerdekaan melawan Prancis pada umur 19 sebagai anak ajar panglima Boumediene, yang menjadi presiden pada 1965.

Setelah kemerdekaan, Bouteflika menjadi menteri anak muda dan pariwisata pada umur 25. Tahun selanjutnya ia dinaikan menjadi menteri luar negeri.

Sedikit yang dikenal tentang kehidupan pribadinya, catatan resmi tidak mengatakan istri, walaupun beberapa akun berkata perkawinan terjadi pada 1990. Selama bertahun- tahun Bouteflika bermukim bersama ibundanya, Mansouriah, di suatu apartemen di Aljir. Di sana sang ibunda biasa mempersiapkan makanannya.

Bouteflika menggunakan pendapatan yang didapat dari minyak dan gas untuk membungkam ketidakpuasan di dalam negeri, dan negara bagian yang dia pimpin menjadi lebih damai dan makmur, memungkinkannya untuk menghindari, untuk sementara, kerusuhan “Musim Semi Arab” yang menggulingkan para pemimpin di seluruh kawasan itu pada 2011.

Tetapi korupsi marak dan warga Aljazair semakin marah pada kelambanan politik dan ekonomi, yang memicu protes massa yang akhirnya menamatkan kepresidenan Bouteflika. (mg4)

Back to top button