Headline

Gibran Direstui Jadi Cawapres, Beranikah PDIP Oposisi dan Rustriningsih-kan Jokowi

INDOPOSCO.ID – Presiden Joko Widodo atau Jokowi blak-blakan merestui dan mendoakan Gibran Rakabuming Raka yang didukung menjadi Cawapresnya Prabowo oleh PartaI Koalisi Indonesia Maju (KIM). Mampukan PDIP tunjukkan taringnya untuk mundur dari pemerintahan dan me-“Rustriningsih”-kan Jokowi?

Hal tersebut ditegaskan oleh Direktur Ekskutuf CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) Dr M Sholeh.

“Megawati dikenal tegas dalam memberi sanksi terhadap kadernya yang mbalelo, diantaranya Rustriningsih, Murad Ismail dan terakhir Budiman Sujatmiko. Beranikah dengan Jokowi? Karena dia terbukti telah merestui kedua anaknya, Kaesang dan Gibran untuk berbeda jalur politik dengan PDIP,” kata M Sholeh kepada indopos.co.id, Minggu (22/10/2023).

Dia menyatakan, setidaknya sikap Jokowi itu menunjukkan bahwa dirinya tidak lagi membutuhkan PDIP.

“Langkah kuda Jokowi mengunakan KIM meninggalkan PDIP, sebagai kapal bagi Gibran mengarungi samudera politik pilpres 2024, adalah bukti terang ia tidak membutuhkan partai moncong putih tersebut,” ucap Sholeh.

Menurutnya, PDIP dalam beberapa pekan terakhir sudah tidak terlihat lagi tajinya bahkan kehilangan karakter aslinya terhadap Jokowi yang selama ini disebut oleh Mega sebagai petugas partai.

“Yang menarik hingga sekarang treatment PDIP pada Jokowi, zonk. PDIP tiba-tiba kehilangan karakter asli banteng. Yaitu, tegas, solid, hidup berkoloni, dan musyawarah suara bulat di internalnya,”

Maka, ucap Sholeh, saat ini adalah momen yang tepat bagi Megawati untuk menunjukkan ke publik sebagai partai yang konsisten menerapkan aturan. Caranya dengan mendeklar diri sebagai oposisi dari pemerintahan Jokowi.

Masih menurut Dr M Sholeh, PDIP itu memiliki pengalaman panjang sebagai oposan. Bahkan kebesaran PDIP justru dibangun dan ditopang oleh sikapnya sebagai pressure group. Publik yakin PDIP tengah ambil ancang-ancang: kembali sebagai oposisi.

“Sebagai oposisi PDIP kemungkinan akan mengambil dua langkah ini. Pertama, menarik secara serentak lima menterinya dari kabinet Jokowi. Hal ini layak dipertimbangkan. Dengan mundur serentak, keseimbangan pemerintahan Jokowi, terganggu,” terangnya.

Langkah ini, jelasnya, sekaligus sebagai wujud untuk ‘menghajar’ balik Jokowi. Bukankah PDIP pernah mendesak keras NasDem agar menarik menterinya dari kabinet Jokowi, beberapa saat setelah Surya Paloh mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capresnya.

“Citra PDIP ke publik saya kira akan makin bagus sebagai oposan di sisa pemerintahan Jokowi,” tandasnya.

Kini, keluarga Jokowi diam-diam sudah mulai menguasai permainan. Ketika Kaeseng didaulat sebagai Ketum PSI yang kemudian sibuk berkunjung ke sejumlah partai, termasuk ke PDIP. Ini hakikatnya adalah pasemon.

Pasemon, ujar Sholeh adalah sindirin dan ejekan halus dari Jokowi ke PDIP bahwa keluarga presiden telah pindah partai.

Lebih lanjut, kata Sholeh, ada baiknya PDIP juga me-rustriningsih-kan Jokowi. Hal ini penting dilakukan, meski kesannya normatif: untuk menegakkan disiplin partai.

“Terapi pola dan style PDIP selama ini, ketika ada kader tidak taat dan tidak disiplin pada aturan partai maka dengan mudah membuang kader tersebut. Rustriningsih misalnya, kader militan mantan wagub Jateng tersebut merasakan kerasnya disiplin bagi kader dalam PDIP,” ujarnya.

“Nah, Oleh karena itu, baik di-rustriningsih-kan atau tidak, kini keluarga Jokowi bukanlah anggota PDIP lagi. Kita tunggu episode berikutnya. Apakah PDIP berani,” pungkas Sholeh menambahkan.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyatakan bahwa pemilihan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto adalah urusan partai politik. Meskipun demikian, dia merestui dan mendoakan Gibran untuk.

“Tanyakan pada partai politik atau gabungan partai politik, itu ranahnya parpol. Titik. Bukan urusan Presiden,” kata Jokowi seusai menjadi inspektur apel Hari Santri 2023 di Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu, (22/10/2023).

Jokowi mengatakan mengikuti perkembangan soal Gibran. Sebagai orang tua, dia menyatakan, tugasnya hanya mendoakan dan merestui.

“Ya orang tua tuh tugasnya mendoakan dan merestui, keputusannya semuanya di dia (Gibran),” kata dia. “Keputusan sepenuhnya pada anak, karena sudah dewasa. Jangan terlalu mencampuri keputusan yang sudah diputuskan anak-anak kita.”

Jokowi mengakui telah bertemu dengan Prabowo Subianto di Istana Negara. Menurut dia pertemuan itu hal biasa, apalagi setelah dia melawat cukup lama ke luar negeri.

“Kan sudah lama enggak ketemu, biasalah laporan-laporan (selama saya di luar negeri),” kata Jokowi.

Ihwal Rapimnas Partai Golkar yang menyatakan mengusung Gibran sebagai cawapres pendamping Prabowo, Jokowi meminta agar bertanya pada Golkar.

Saat ditanya apakah Golkar tidak lapor pada presiden, Jokowi menukas, “Urusannya apa kok lapor Presiden.”

Saat didesak apakah Gibran cocok menjadi cawapres Prabowo , Jokowi mengatakan semua cocok. Termsuk Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md.

“Semuanya cocok. Tanyakan ke koalisi,” ucap Jokowi memungkasi.

Acara Apel Hari Santri dihadiri oleh beberapa menteri, yaitu Prabowo Subianto, Mendag Zulkifli Hasan, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Mensesneg Pratikno, Menag Yaqut Qolil Qoumas sekaligus komandan apel dan Menpan-RB Abdullah Azwar Anas. Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani pun hadir dalam acara itu. (dil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button