Mengapa Kita Mudah Terserang Pilek, Sementara Orang Lain Tetap Sehat?

INDOPOSCO.ID – Hidung meler, tenggorokan terasa gatal, dan bersin tiada henti. Hampir semua orang pernah mengalaminya. Ya, pilek memang terdengar sepele, tapi selalu berhasil membuat aktivitas sehari-hari terganggu. Yang menarik, ada orang yang tampaknya “kebal” meski berada di lingkungan yang sama. Lalu, apa rahasianya?
Menurut laporan WebMD, pilek adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Lebih dari 200 jenis virus bisa memicunya, dengan rhinovirus sebagai penyebab paling umum, setidaknya bertanggung jawab pada 50% kasus. Selain itu, coronavirus, respiratory syncytial virus (RSV), influenza, hingga parainfluenza juga turut menyumbang daftar biang keladi dari pilek itu sendiri.
Dokter spesialis penyakit dalam di Amerika Serikat (AS), Sanjay Ponkshe, MD, menjelaskan cara penularan pilek yang sering tidak disadari.
“Anda bisa tertular dari orang lain yang sedang terinfeksi virus. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan penderita pilek, atau dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi kuman mereka — seperti keyboard, gagang pintu, atau sendok — lalu menyentuh hidung atau mulut. Anda juga bisa tertular dari percikan droplet di udara yang dikeluarkan saat orang batuk atau bersin,” ungkap Sanjay dikutip dari WebMD Minggu (21/9/2025).
Begitu virus masuk, tubuh pun bereaksi. Sanjay menuturkan, pilek berawal ketika virus menempel di lapisan hidung atau tenggorokan. Sistem kekebalan tubuh segera mengirim sel darah putih untuk melawan. Namun, jika tubuh belum pernah berhadapan dengan strain virus itu sebelumnya, perlawanan awal biasanya gagal. Akibatnya, hidung dan tenggorokan meradang, produksi lendir meningkat, dan tubuh terasa lelah.
Ada pula mitos yang sering dipercaya banyak orang, yakni cuaca dingin dan kehujanan menyebabkan pilek. Padahal, menurut Sanjay, itu tidak sepenuhnya benar.
“Satu mitos yang perlu dibantah, yakni kedinginan atau basah tidak membuat Anda sakit. Namun, ada faktor yang bisa membuat Anda lebih rentan terserang pilek, misalnya kelelahan ekstrem, stres emosional, atau alergi yang menimbulkan gejala di hidung dan tenggorokan,” jelasnya.
Gejala pilek sendiri umumnya ringan. Mulai dari tenggorokan gatal, bersin, hidung tersumbat, hingga mata berair. Jika keluhan berkembang menjadi demam tinggi atau nyeri otot, biasanya itu pertanda flu, bukan pilek.
Menariknya, anak-anak jauh lebih sering mengalaminya dibanding orang dewasa. “Anak-anak bisa terkena pilek 5–7 kali per tahun. Alasannya, mereka sering berada di sekolah atau pusat penitipan anak, tempat kontak dekat dengan banyak anak lain terjadi hampir sepanjang hari,” imbuhnya.
“Selain itu, anak-anak biasanya belum terbiasa menjaga etika batuk/bersin, mencuci tangan sesering mungkin, atau menahan diri untuk tidak menyentuh wajah,” lanjutnya.
Kebiasaan sehari-hari memang sangat menentukan. Apalagi saat musim hujan atau perubahan cuaca, risiko tertular makin besar karena orang cenderung lebih sering berada di dalam ruangan dengan sirkulasi udara minim.
“Perubahan kelembapan antar-musim juga memengaruhi seberapa sering orang sakit. Virus penyebab pilek bertahan lebih lama di luar tubuh pada kondisi tertentu. Cuaca dingin juga bisa membuat lapisan dalam hidung lebih kering dan rentan terinfeksi virus,” terang Sanjay.
Kabar baiknya, sebagian besar pilek akan sembuh dalam 7–10 hari. Namun, jangan abaikan jika gejala berlanjut lebih lama. “Kadang, pilek bisa berkembang menjadi infeksi bakteri di paru-paru, sinus, atau telinga. Jika itu terjadi, dokter mungkin akan meresepkan antibiotic, obat yang efektif melawan bakteri, tapi tidak untuk virus,” tambahnya mengingatkan.
Pada akhirnya, menjaga daya tahan tubuh tetap prima adalah kunci agar tidak mudah tumbang. Mencuci tangan, istirahat cukup, dan mengelola stres terbukti lebih ampuh daripada sekadar menyalahkan cuaca. Sebab, bukan dinginnya udara yang membuat Anda sakit, melainkan bagaimana tubuh Anda siap melawan serangan virus yang datang tanpa diundang. (her)